Monday, August 8, 2016

TETAP OPTIMIS MENYIKAPI KEGAGALAN

Oleh : Resna Natamihardja 

لِكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ

"(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikanNya kepadamu.  Dan Alloh tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri." (Q.S. Al Hadid : 23)


     Pernahkan mengalami sebuah kegagalan tapi di kemudian hari kita mendapatkan 'pengganti' yang jauh lebih baik dari apa yang tidak kita dapatkan?  Saya sering...

     Saya punya sebuah cerita dari pengalaman pribadi.  Dua belas tahun silam saya dan teman saya sama - sama mengajukan lamaran kerja ke sebuah perusahaan yang terdapat di kota saya.  Setelah tes pertama yang terdiri dari tes pengetahuan umum dan tes potensi akademik, saya mendapat informasi bahwa nilai saya paling tinggi dari semua pelamar.  Tapi setelah melalui tahap wawancara dengan beberapa orang, ternyata teman saya yang mendapatkan posisi yang diperebutkan tersebut.  Mungkin karena teman ini memiliki karakter yang lebih supel dan komunikatif hingga cocok dengan posisi yang dibutuhkan.  Sesaat saya sempat kecewa bahkan menyalahkan diri dan keadaan karena kegagalan itu.

     Ternyata beberapa bulan kemudian datang kesempatan lain.  Saya mengikuti tes untuk pekerjaan saya sekarang.  Dan tanpa disangka dalam proses rekrutmen yang sebelumnya banyak diberitakan banyak praktek kotornya, saya lolos tanpa harus menempuh cara - cara curang yang merugikan orang lain.  Saya baru memahami mungkin ini rencanaNya untuk saya.  Karena di kemudian hari baru diketahui bahwa perusahaan tempat saya melamar dulu biasanya mempersulit karyawan yang akan mengikuti tes seperti yang baru saja ditempuh.

     Beberapa tahun sesudah saya bekerja, perusahaan tempat teman bekerja mengalami kemunduran sehingga melakukan rasionalisasi dengan mengurangi jumlah pekerjanya.  Sekarang teman saya menjadi full time housewife.

     Dari sisi kemandirian finansial mungkin saya lebih beruntung dari teman tersebut untuk saat ini.  Tapi kita tidak pernah bisa menilai sesuatu itu keberuntungan atau bukan hanya dengan melihat satu sisi atau hanya saat ini.  Karena dia sekarang memiliki waktu yang banyak untuk bisa mendampingi dan membimbing anak - anaknya dengan lebih leluasa.  Seperti peringatan Alloh Swt dalam Surah Al Hadid ayat 23 yang saya tulis di awal, Alloh swt tidak menyukai orang yang sombong lagi mebanggakan diri, saya hanya bisa berlindung padaNya dari segala keburukan yang mungkin terjadi dari apa yang saya jalani saat ini.

     Itu hanya satu kejadian, banyak kejadian yang lain yang karena sudah berlalu saya lupa detail ceritanya.

     Pada saat mengalami kegagalan, kita akan merasa sedih, kecewa bahkan kadang merasa semua pintu sudah tertutup.  Kita bahkan kadang iri dan memandang sinis keberuntungan yang didapat orang lain.  Kita lantas menyalahkan keadaan, merasa bahwa kesalahan orang lain menyebabkan kekurangan kita.

     Sebenarnya jika kita mau menghadapi kegagalan dengan kepala dingin, ada banyak hal yang bisa kita pelajari dalam sebuah kegagalan.  Bisa jadi hikmah atau makna dari kegagalan itu yang mebuat kita lebih bijak menyikapi kehidupan atau menjadi belajar tentang cara atau strategi baru untuk mencoba lagi hingga mengubah kegagalan menjadi keberuntungan di kemudian hari.

     Q.S Al Hadid ayat 23 yang saya cantumkan di atas merupakan salah satu rujukan tentang bagaimana menyikapi kegagalan menurut Islam.

      Jadi bagaimana sebaiknya mengatasi kegagalan yang kita alami?

     Cara menyikapi kegagalan dimulai dengan mengidentifikasi faktor yang ada di dalam kendali (internal) dan faktor di luar kendali (eksternal) kita.  Adapaun pilihan langkah untuk mengatasi kegagalan adalah :
Pertama, jika faktor yang ada di dalam kendali (internal) yang menjadi penyebabnya maka kita bisa mengubah strategi dengan segala alternatif cara yang mungkin bisa diambil untuk mencapai tujuan.
Kedua, jika faktor di luar kendali (eksternal) yang menjadi penyebab kegagalan maka amati dinamika faktor luar ini, jika terjadi perubahan dalam faktor luar maka kita bisa mencoba lagi, bahkan dengan strategi yang sama dengan strategi awal.
Ketiga, kendati tidak ada lagi faktor internal yang bisa diubah atau tidak terlihat perubahan pada faktor eksternal namun kita masih memiliki semangat dan optimisme maka teruslah mencoba.  Saya pernah bertemu seorang kenalan yang lolos pada rekrutmen yang sama setelah menempuh sepuluh kali tes dan selalu gagal namun dia masih tetap bisa mempertahankan motivasinya untuk lolos, tanpa dia ketahui pada tes kesebelas terdapat dinamika pada faktor eksternal yakni adanya komitmen pelaksanaan tes yang 'bersih' dari pihak penyelenggara sehingga akhirnya lolos.  Kadang kita tidak memiliki  informasi yang sempurna tentang apa yang kita hadapi, maka jika kita masih bisa mempertahankan optimisme, teruslah berusaha, mudah - mudahan Yang Maha Kuasa menuntun kita pada keberhasilan.
Keempat, jika tak ada lagi semangat dan optimisme yang tersisa maka kita bisa berhenti sejenak untuk mengevaluasi apakah akan dilanjutkan atau tidak.
Kelima, seandainya setelah rehat untuk mengevaluasi diri dan keadaan merasa sudah tidak ada lagi yang bisa diharapkan, mungkin waktunya kita mencoba memaknai kegagalan dengan mengambil hikmah dibalik kegagalan tersebut dan meyakini bahwa Yang Maha Kuasa punya rencana lain yang jauh lebih indah untuk kita.  Mungkin sudah waktunya kita menetapkan target atau tujuan baru yang berbeda dari tujuan sebelumnya.

     Satu hal yang harus diyakini bahwa apa yang terbaik menurut kita belum tentu terbaik menurutNya.  Dan selalu yakinlah bahwa Alloh Swt akan memberikan yang terbaik untuk kita pada waktunya selama kita memaksimalkan ikhtiar dan tak putus berdo'a.

No comments:

Post a Comment