Tak mudah menemukan penjual minuman goyobod di kota saya saat ini. Penganan berbahan dasar sagu aren, sirup gula, santan dan es serut ini sekarang sudah jarang yang menjual. Tak seperti minuman sejenis yakni cendol yang tetap eksis hingga sekarang, popularitas goyobod dari waktu ke waktu justru semakin menurun. Padahal dulu goyobod adalah minuman populer.
Saya punya kenangan tentang penjual es goyobod di kampung tempat nenek - kakek dari bapak dia biasa datang dan menandai keberadaannya dengan kliningan (sejenis lonceng). Goyobodnya biasa dibuat dengan perpaduan warna putih dengan variasi merah. Goyobod yang belum dipotong (masih utuh) ditempatkan di dalam wadah bernama 'palastrang' yakni wadah berbentuk bulat dengan lapisan enamel. Cairan gulanya berbahan gula pasir dengan pewarna merah. Begitu kliningannya berbunyi, kami cucu - cucu berlarian ke arah tempat tukang goyobod mangkal diikuti nenek yang berjalan mengikuti di belakang.
Terkenang dengan es goyobod merah putih saya ingin membuat goyobod tapi entah mengapa malah ingin membuat yang berbeda dengan goyobod original versi zaman zaman kanak - kanak dulu.
Saya punya buku memasak 'jadoel' yang didapat saat jalan - jalan ke sebuah counter buku di sebuah swalayan di kota tempat kuliah dulu (di sekitar tahun 1996), buku itu belum pernah dimanfaatkan sampai sekarang. Judul bukunya Kue - Kue Manasuka penulisnya Sitti Nur Zainuddin terbitan Dian rakyat edisi tahun 1982 (edisi pertamanya bahkan terbit sebelum saya lahir, tahun 1971). Waktu itu tersedia hanya satu - satunya dan saya juga sedikit heran buku terbitan lama masih terdisplay di antara buku - buku lain yang masih baru. Di balik halaman covernya tertulis bahwa buku tersebut merupakan buku teks pelengkap pendidikan tingkat SLTA.
Saya cari resep goyobod di buku tersebut ternyata tidak ada. Alhasil saya memilih resep cendol untuk saya coba. Pertama kali, saya membuat goyobod sesuai resep standar cendol yang dimuat disana. Rasanya kurang 'sluurp' menurut saya (susah juga cari padanan kata 'ngageleser' - bahasa sunda dalam bahasa Indonesia hehe...). Saya ujicoba kedua kali (setengah resep) dengan tambahan air lebih banyak, hasilnya 'sluurp' langsung mengalir di kerongkongan.
Karena niatnya ingin membuat minuman yang lebih sehat maka tak ada pewarna dibubuhkan di sana tapi menggunakan daun suji dan daun pandan untuk menghasilkan warna hijau.
Dan inilah resep dan cara membuat minuman goyobod versi saya :
Bahan goyobod :
1/2 gelas tepung sagu aren
Diblender lalu di saring : 3 gelas air
7 lembar daun suji
1 lembar daun pandan buang tulang daunnya
Sirup (saya gunakan sirup gula aren) : gula aren dan air dimasak sampai kental
4 gelas santan (dari 1/4 butir kelapa) dimasak bersama 1/4 sendok teh garam
Es serut
Cara membuat :
1. Campurkan satu gelas air daun suji dengan tepung sagu aren, aduk hingga larut.
2. Masak 2 gelas sisa air daun suji hingga mendidih, masukkan larutan tepung sambil terus diaduk. Teruskan hingga meletup - letup.
3. Masukkan goyobod matang ke dalam loyang, biarkan hingga dingin.
4. Setelah dingin potong - potong goyobod ukuran 1 x 1 cm, masukkan dalam gelas, bubuhi santan, gula merah dan es serut.
Setelah jadi baru terfikir, sepertinya saya sudah melanggar 'pakem' pembuatan goyobod hehe... karena 'identitas' goyobod harusnya merah dan putih, meski dengan komponen bahan pilihan saya yakin green goyobod jauh lebih sehat. Tapi difikir - fikir bedanya sama cendol hanya pada bentuknya saja... Yaah, next time saya buat goyobod versi original deh....(belakangan saya dapat informasi di Kota lain ada yang jual goyobod dalam versi es campur yang cukup terkenal).
Daun suji sekarang sudah jarang digunakan sebagai pewarna karena kurang praktis jika dibandingkan pewarna kimia makanan, padahal disamping fungsinya sebagai pewarna daun suji juga punya banyak khasiat. Bagi yang belum mengenal seperti apa daun suji silakan baca MANFAAT DAUN SUJI PEWARNA ALAMI YANG KAYA KLOROFIL
No comments:
Post a Comment