Saya punya kenangan tentang pengalaman lebih dari tiga puluh tahun silam ketika usia Taman Kanak - Kanak hingga Sekolah Dasar. Di masa itu saya kerap menghabiskan sebagian besar waktu libur sekolah di rumah almarhum - almarhumah nenek dan kakek saya. Waktu libur yang selalu bertepatan dengan waktu dengan masa puasa ramadhan. Untuk menu berbuka, nenek sering membuat makanan bubur lemu (bubur sumsum) untuk takjil. Penganan berbahan dasar tepung beras dan gula merah (hanya kadang saja nenek menambahkan santan ke dalamnya).
Yang membedakan bubur sumsum nenek dengan yang dibuat ibu di rumah adalah warnanya. Ibu saya biasa membuat bubur sumsum berwarna putih sesuai warna asli bahan dasar sedangkan nenek membuatnya berwarna hijau. Saya ingat nenek saya menumbuk daun suji dan memeras airnya untuk campuran tepung beras bahan pembuat bubur. Entah sugesti atau betul - betul rasanya seperti itu, bubur sumsum nenek rasanya lebih 'mendinginkan perut'.
Menjelang remaja, pernah booming penganan bernama kue putu ayu. Jajanan pasar berwarna hijau dengan parutan kelapa di dasarnya. Bentuk kuenya bergerigi mengikuti bentuk cetakannya. Bahannnya adalah bahan bolu/cake kukus. Ibu saya menggunakan campuran daun suji dan daun pandan untuk pewarna dan pewanginya. Kedua daun ini saling melengkapi untuk menyempurnakan nuansa tradisional dalam kue putu ayu. Daun suji memberikan warna hijau yang lebih pekat daripada daun pandan, sedangkan daun pandan selain memberikan warna hijau meski tipis tapi menghadirkan aroma wangi yang khas.
Di masa sekarang ini daun suji semakin jarang digunakan dalam pewarnaan makanan. Orang - orang (termasuk saya hehe..) lebih menyukai penggunaan pewarna makanan buatan pabrik dengan alasan kepraktisan. Padahal selain fungsinya memberikan warna hijau, daun suji juga memiliki khasiat tambahan.
Tanaman daun suji yang digunakan untuk pewarna makanan berbeda dengan tanaman hias yang sekarang banyak disebut dengan pohon suji juga. Karena fungsinya yang sudah tergantikan dengan pewarna kimiawi, sudah jarang orang menanam daun suji di pekarangan rumahnya. Tapi di rumah saya masih menanamnya di sudut barat halaman depan rumah. Bentuk tanaman suji untuk pewarna makanan nampak dalam foto yang saya tampilkan di halaman ini.
Dulu ada tetangga yang suka memanfaatkan daun suji ini untuk diminum seperti jamu, tak tahu pasti untuk pengobatan penyakit apa. Tapi sekarang tidak lagi.
Karena rasa ingin tahu, saya mencari tulisan yang berisi publikasi hasil penelitian ilmiah tentang daun suji dari perguruan tinggi di Indonesia. Dan saya baru mengetahui ternyata daun suji menyimpan banyak potensi manfaat untuk kehidupan manusia bahkan untuk pengobatan penyakit berat.
Saat ini banyak beredar produk impor suplemen makanan kaya klorofil di Indonesia, padahal karena posisi geografisnya yang terletak di daerah tropis Indonesia memiliki potensi sumber klorofil yang besar. Salah satunya yang terdapat dalam daun suji yang memiliki nama latin Pleomele Angustifolia ini. Sejak dulu digunakan sebagai pewarna alami untuk makanan. Klorofil merupakan figmen hijau yang ditemukan pada tanaman. Klorofil ini mengubah energi matahari menjadi energi kimiawi dalam proses fotosintesis dan dengan proses yang dinamakan fotosintesis ini tumbuhan menghasilkan karbohidrat dan CO2 (siapa yang masih ingat pelajaran biologi tentang hal ini yang diajarkan waktu SMA dulu hayooo..). Klorofil alami maupun sintetis (yang telah mendapatkan perlakuan khusus melewati bermacam proses) telah banyak diteliti berkaitan dengan aktivitas biologisnya antara lain dalam penyembuhan luka, anti peradangan bahkan dalam pencegahan dan terapi kanker.
Dalam penggunaanya secara tradisional di masyarakat khususnya di Indonesia, daun suji digunakan dalam pengobatan beri - beri, meredakan demam dan anti radang, campuran daun suji dan parutan kelapa dapat mengilapkan dan menyuburkan rambut, getahnya untuk menebalkan rambut sedangkan akarnya konon bahkan digunakan untuk pengobatan penyakit kencing nanah.
Dengan berbagai macam khasiat yang terkandung di dalamnya maka penggunaan daun suji dalam pembuatan makanan tentulah akan memberikan pengaruh positif pada tubuh dibandingkan pewarna kimiawi hasil industri. Dan itulah yang menjadi alasan saya akan tetap membiarkan daun suji menjadi salah satu penghuni pekarangan rumah kendati dari sisi keindahan mungkin bentuk tanamannnya tidak semenarik tanaman hias lainnya.
mba boleh minta bibit daun sujinya?
ReplyDeleteBoleh,silakan...saya tinggal di Tasikmalaya, mbak siska dimana?
Delete