Kami sekeluarga bukanlah penyuka pedas. Jadi cabai rawit termasuk item yang jarang masuk dalam daftar belanja yang dibawa asisten rumah tangga kami manakala ke pasar. Tapi kadangkala kami membutuhkan yang satu ini dalam bumbu masakan meski jarang dan jumlah yang dibutuhkan sedikit. Karena jarang dibutuhkan, seringkali pas butuh ternyata kami tak punya stok sama sekali. Akhirnya menanam cabai rawit sendiri di rumah menjadi salah satu cara pilihan kami.
Ternyata tanaman yang satu ini termasuk sangat mudah dibudidayakan. Mudah tumbuh dan mudah dirawat.
Tak banyak yang saya tanam, paling antara satu sampai tiga pohon dalam satu kali tanam. Jenis varietas yang saya tanam pun berganti - ganti, kadang jenis yang kecil berwarna hijau kadang yang agak besar berwarna putih. Yang sekarang sedang tumbuh dan berbuah lebat di pekarangan rumah adalah yang berwarna putih dan berukuran besar. Bentuknya seperti kerucut atau limas. Tak pasti jenis cabai rawit apa karena kami mendapatkan benihnya dari seorang teman yang ketika saya tanya sama - sama tidak tahu benih cabai rawit jenis apa yang diberikan pada saya.
Jika berkunjung ke kota Tasikmalaya, akan ditemui banyak warung yang menuliskan dengan ukuran huruf besar - besar menu SAMBAL GOANG sebagai ciri khas sambal yang tersedia di warungnya. Resep sambal goang ini hanya memerlukan tiga komponen bahan pembuatnya, cabai rawit atau 'cengek' (bahasa sunda) yang masih hijau/putih, garam dan minyak goreng. Cara membuatnya pun mudah, cabai rawit dan garam diulek lalu dibubuhi minyak goreng. Biasanya minyak goreng yang digunakan adalah minyak bekas menggoreng ikan atau ayam. Mungkin lemak hewani dari ikan atau ayam dan bumbu lain yang digunakan dalam proses penggorengan akan menambah rasa gurih sambal goang ini. Lebih bagus jika minyak goreng ini dibubuhkan panas - panas karena akan sekaligus melayukan cabai. Ada juga yang menambahkan kencur ke dalam bahan pembuatannya.
Sambal goang ini enak dijadikan cocolan untuk gorengan seperti gehu (tahu isi) atau bala - bala (bakwan) dan dijadikan makanan 'plus' dari menu nasi tutug oncom atau nasi cikur yang pernah 'booming' di kota Tasikmalaya.
Karena bukan penyuka cabai rawit, yang saya tahu tentang rasa cabai ini hanyalah pedas. Ternyata asisten rumah tangga di rumah yang sangat menyukai pedas bisa membedakan rasa 'plus' dari bermacam cabai rawit. Katanya ada cabai rawit yang rasanya sedikit 'manis', ada yang rasanya 'pahang' (apa ya kata yang maknanya mendekati 'pahang' dalam bahasa Indonesia hehe...langu mungkin). Tingkat kepedasannya pun bermacam - macam ada yang sangat pedas tapi ada yang tidak terlalu pedas.
Rasa cabai rawit yang paling pedas katanya adalah ketika masuk dalam fase yang istilah bahasa Sundanya 'tumoke' yakni cabai yang sedang menuju proses menjadi tua (dari hijau atau putih menjadi merah. cabai rawit yang masih muda (terutama jenis yang mudanya berwarna hijau) rasanya tawar dengan sedikit manis. Tapi yang menambah warna masakan menjadi lebih bagus tentu saja cabai rawit yang tua (merah).
Menanam cabai rawit di pekarangan sangat mudah. Teknis penanamannya dimulai dengan :
Pertama, pemilihan buah cabai yang sudah tua untuk diambil biji nya atau jika menginginkan kepastian jenis cabai rawit yang akan ditanam tinggal beli saja di toko pertanian. Benih/biji pabrikan dan dijual di toko pertanian biasanya dikemas dalam kemasan alumiunium. Dalam kemasan biasanya terdapat keterangan jenis varietas dari cabai rawit tersebut, gambar ilustrasi sebagai contoh jenis cabai, tanggal kadaluarsa benih, perusahaan yang memproduksi benih dan lainnya. Perhatikan tanggal kadaluwarsa benih karena biasanya hurufnya kecil dan tidak mencolok. Benih dalam kemasan yang dijual di toko pertanian biasanya berjumlah sangat banyak sehingga kemungkinan sisa biji benihnya menjadi mubazir sangat besar. Sekarang ada penjual benih online yang menjual benih pabrikan untuk petani skala rumahan dalam satu paket kecil bahkan harganya hanya seribuan.
Kedua, penyemaian, sekarang tersedia media penyemaian yang bagus sperti rockwoll. Tapi saya biasanya menyemai dalam pot biasa. Letakkan media semai di area yang tidak terkena hujan secara langsung, karena guyuran hujan akan membuat bibit yang masih lemah menjadi berantakan. Atau bisa memanfaatkan gelas plastik bekas bekas minuman kemasan yang dilubangi bagian bawahny, diisi media tanam lalu dibenamkan biji di atasnya. Biarkan tumbuh hingga muncul kurang lebih tiga helai daun.
Ketiga, pemindahan ke media tanam permanen, bisa di tanah atau di pot/polybag. Setelah benih cabai (biji) menjadi bibit (tanaman cabai yang masih kecil memiliki kurang lebih tiga helai daun), barulah tanaman cabai rawit dipindahkan untuk dipelihara hingga menghasilkan buah.
Tanaman cabai rawit bukan tanaman yang 'rewel'. Budidaya nya mudah, jarang terkena hama. Asalkan terkena paparan sinar matahari secara penuh maka pohon akan tumbuh sehat dan berbuah lebat.
No comments:
Post a Comment