Rumah makan ini termasuk salah satu yang paling sering kami kunjungi. Selain karena menunya yang khas, juga karena lokasinya terletak di perjalanan antara Tasikmalaya - Ciamis - Banjar, tempat kami paling sering menghabiskan akhir pekan. Kami sering melewati tempat ini karena kami kerap menghabiskan akhir pekan di daerah yang termasuk kecamatan Cijeungjing - Ciamis, tempat keluarga besar suami berasal dan kami juga sering berkunjung ke daerah yang termasuk kecamatan Banjarsari - Ciamis, tempat keluarga besar saya berasal.
Bentuk bangunan Warung Jeruk ini sangat biasa saja. Tidak ada fasilitas lain yang disediakan rumah makan ini selain tempat makan dan parkir yang cukup luas. Bagi yang sedang berada dalam perjalanan di jalur selatan Jawa Barat akan melihat sebuah bangunan rumah makan sederhana dengan halaman parkir dipenuhi jejeran mobil pribadi atau kadang bis rombongan wisata, tulisan Warung Jeruk nya relatif kecil dan tidak mencolok. Keberadaannya ditandai dengan sebuah bangunan kecil dengan ornamen berbentuk buah jeruk berwarna kuning di atasnya.
Di pintu masuk akan tercium aroma khas 'dapur' yang menggunakan tungku 'hawu' dengan bahan bakar 'kayu'. Aroma ini mengingatkan saya pada aroma asap dapur rumah almarhum - almarhumah kakek dan nenek saya dulu, yang secara ajaib kadang seperti aromaterapi yang menenangkan untuk saya.
Kami biasanya langsung masuk dan menaiki sebuah tangga pendek. Tempat favorit kami adalah dekat jendela yang terbuka menghadap ke jalan raya. Setelah kami duduk dan waiter atau waitress nya akan menghampiri dan menanyakan apa yang akan kami pesan. Menu favorit kami disini adalah pepes ayam dan gurame. Meski pernah juga memesan menu lain seperti ayam goreng atau dendeng sapi goreng.
Terakhir kami mengunjungi rumah makan ini adalah di hari terakhir liburan sepulang dari Pantai Pangandaran. Waktu itu kami memesan pepes ayam. Ayam yang dijadikan pepes jika dilihat dari tekstur dan rasa sepertinya adalah ayam kampung.
Kapanpun kami ke tempat ini, penyajiannya seperti sudah memiliki standar. Pepesnya selalu dalam kondisi hangat disertai nasi hangat yang sebelumnya sudah melalui proses 'akeul' (proses pendinginan nasi menggunakan hembusan udara dengan nasi yang sedikit ditekan - tekan agar tidak menjadi keras/kering).
Di masa kecil, saya sering menghabiskan waktu liburan di rumah nenek. Dahulu peralatan yang digunakan nenek untuk menanak nasi adalah seeng dan haseupan. Sedangkan untuk mendinginkannya digunakan dulang, hihid dan cukil. Kapan - kapan saya ingin mempraktekan proses memasak nasi secara tradisional yang mulai terlupakan, meski saya tidak yakin peralatannya masih tersedia.
Ada makanan tradisional yang sangat unik disajikan di warung jeruk yakni pepes 'dage'. Dage adalah makanan yang berasal dari galendo (bagian padat berwarna coklat yang dihasilkan dalam proses pembuatan minyak kelapa) yang telah melalui proses fermentasi. Makanan ini tidak pernah lupa saya pesan meski kadang tidak tersedia. Bahan makanan unik lainnya yang tersedia di sini adalah di atas setiap meja biasanya tersedia garam dapur yang sebelumnya sudah melalui proses penggarangan di atas api dalam gerabah kecil yang disebut 'klenting'.
Lalapan yang tersedia di sini adalah jenis lalapan yang jarang tersedia di restauran lain. Ada daun - daunan seperti daun tespong, mareme, pohpohan, reudeu, antanan, andewi, putat bahkan daun dewa. Selain ketimun, terong hijau dan leunca juga tersedia kunyit muda. Sambal yang disajikan bersamaan dengan pesanan pepes adalah sambal terasi yang rasanya sangat pedas. sambal ini disajikan dalam cowet kayu. Namun jika kita tidak suka pedas, kita bisa memesan sambal yang tidak pedas.
Jika kita datang sebelum siang, di atas meja juga biasanya tersedia sambal oncom kering dan lalapan daun singkong rebus.
Pokoknya semua yang tersaji di sini adalah menu makanan sunda khas 'lembur' atau desa. Jika yang dicari adalah tempat makan yang menyajikan makanan sunda 'pilemburan' (pedesaan) zaman dahulu, Warung Jeruk adalah tempat yang tepat. Selain rasanya yang enak, harga makanan di sini pun cukup murah, sangat terjangkau.
Kami biasanya berkunjung di sini bukan tepat di jam makan, sekitar jam sepuluh pagi. Biasanya saat itu pilihan menu yang tersedia sangat lengkap, kita bisa memesan bagian ayam atau ikan sesuai keinginan. Jika di jam - jam makan kadang kita tidak bisa mendapatkan sekehendak kita dengan alasan "sudah habis dan yang baru masih dimasak.".
No comments:
Post a Comment