Tuesday, October 18, 2016

VARIASI MENU SEHAT PRAKTIS UNTUK ANAK BALITA 1

Oleh : Resna Natamihardja

     Melanjutkan cerita tentang pengalaman membuat makanan bayi sendiri saya ingin bercerita tentang pengalaman menyajikan menu balita.  Kendati putri saya sekarang sudah berusia lima tahun, tapi makanan - makanan ini masih sering saya buatkan untuknya dan dia pun masih suka.  Menu harian dengan komposisi karbohidrat, protein , sayur, buah dan susu bisa membantu menjaga kesehatan dan stamina putri saya.  Dan jika komposisi ini ada yang terlewat satu jenis saja (terutama sayur dan buah) putri saya jadi mudah terserang sakit seperti flu.

     Untuk karbohidratnya, untungnya putri saya 'Indonesia Banget', dia terbiasa dengan nasi.  Untuk buahnya, saya biasa menyiapkan setidaknya dua jenis buah untuk seminggu.  Setiap minggu berganti jenis buah, apa saja tak harus mahal, kadang pepaya dengan pisang, bisa juga melon dengan pir atau buah naga dengan jeruk.  Sedangkan sayur dan protein, dengan alasan kepraktisan, saya sajikan dengan dalam satu jenis masakan.  Dan inilah contoh menu seminggu untuk Balita yang biasa saya buat di rumah.  Mudah - mudahan bisa memberi inspirasi variasi menu balita bagi ibu - ibu yang sedang mencari ide untuk menyajikan menu variatif untuk balitanya.

1.  TUMIS LABU DENGAN AYAM

Bahan :
1/2 buah labu ukuran besar
100 gram fillet ayam
3 siung bawang putih
2 butir bawang merah
1 ruas jari jahe
garam
gula
2 sendok makan minyak untuk menumis
1 cangkir air

Cara membuat :
1.  Iris labu berbentuk persegi panjang kecil (ukuran mudah disuapkan untuk anak), cincang kasar fillet ayam, bawang merah dan bawang putih dan cincang halus, jahe dikupas dan digeprek.
2.  Panaskan minyak tumis bawang merah dan bawang putih, masukkan ayam cincang, jahe, garam dan gula, tuang air, biarkan hingga empuk, masukkan labu siam.  
3.  Cicipi rasanya dan sempurnakan garam dan gulanya, masak hingga semua bahan matang sempurna.

2.  SAYUR TAUGE TAHU DENGAN DAGING SAPI

Bahan : 
50 gram tauge
2 buah tahu
100 gram daging sapi
2 siung bawang putih
2 butir bawang merah
2 batang seledri
1 ruas jari jahe
garam
gula
1 liter air

Cara membuat :
1.  Tahu dipotong kotak dan goreng, bawang merah dan bawang putih iris tipis dan goreng, seledri iris sedang, jahe kupas dan geprek.
2.  Rebus air dan masukkan daging sapi, jahe, garam dan gula sampai daging sapi matang kemudian potong kotak, masukkan kembali bersama tahu, tauge, bawang putih dan bawang merah goreng dan seledri.
3.  Cicipi rasanya dan sempurnakan garam dan gulanya, masak sampai semua bahan matang sempurna.

3.  TUMIS TAUGE WORTEL DAN TELUR BEBEK

Bahan :
50 gram tauge
1 batang wortel
2 butir telur bebek
3 siung bawang putih
2 butir bawang merah
1 ruas jari jahe
garam
gula
2 sendok makan minyak goreng
1/4 cangkir air

Cara membuat :
1.  Wortel iris sebesar korek api, bawang putih dan bawang merah cincang halus, jahe kupas dan geprek.
2.  Panaskan minyak, tumis bawang putih dan bawang merah, masukkan telur, aduk rata, masukkan air, jahe, wortel, tauge, garam dan gula.
3.  Cicipi rasanya dan sempurnakan gula dan garamnya, masak sampai semua bahan matang dan airnya mengering..

* )  Dalam hal penggunaan telur bebek, hal yang perlu diantisipasi adalah telur bebek yang mendapat pakan tertentu seperti bekicot akan memiliki bau amis yang lebih kuat, jika khawatir dengan telur bebek yang berbau amis lebih baik menggunakan telur ayam saja.
**) Untuk mengurangi bau amis telur, masak telur sampai benar - benar matang dan kering.

4.  TUMIS BROKOLI WORTEL DENGAN UDANG

Bahan :
3 kuntum brokoli
1 batang wortel
12 buah udang peci/vanamae ukuran standar
3 siung bawang putih
2 butir bawang merah
1 batang seledri
1 ruas jari jahe
garam
gula 
2 sendok makan minyak
1 cangkir air

Cara membuat :
1.  Brokoli potong - potong kecil (ukuran mudah disuapkan), wortel potong persegi tipis, udang kupas, bawang putih dan bawang merah cincang halus, jahe kupas dan geprek, seledri iris kasar.
2.  Panaskan minyak, masukkan bawang merah dan bawang putih sampai harum, masukkan semua bahan lainnya.
3.  Cicipi rasanya dan sempurnakan garam gan gulanya, masak sampai semua bahan matang.

5.  SAYUR KACANG GARUT DENGAN DAGING SAPI


Bahan :
100 gram kacang garut (atau ada juga yang menyebut  kacang endul)
100 gram daging sapi
3 butir bawang merah
1 siung bawang putih
1 ruas jari jahe
1 butir asam jawa
1 batang serai
1 lembar salam
1 iris lengkuas
seujung sendok teh terasi
garam
gula

Cara membuat :
1.  Bawang merah dan bawang putih diiris halus, jahe kupas dan geprek
1.  Rebus kacang garut hingga empuk, buang airnya.
2.  Rebus daging sapi dengan jahe, garam dan gula sampai matang, potong daging sapi bentuk kotak.
3.  Masukkan semua bahan lain, cicipi rasanya dan sempurnakan rasanya, masak hingga mendidih.

6.  SAYUR ASAM


Bahan :
1/4 buah labu siam besar
4 batang kacang panjang
1 buah jagung
sesendok teh kacang tanah
3 butir bawang merah
1 siung bawang putih
1 butir asam jawa
1 batang serai
1 lembar salam
1 iris lengkuas
seujung sendok teh terasi
garam
gula

Cara membuat :
1.  Labu siam potong kotak, kacang panjang dipotong 2 cm (ukuran mudah disuapkan), jagung potong 1 cm, bawang merah dan bawang putih iris halus.
2.  Rebus air, masukkan bawang merah, bawang putih, salam, serai, lengkuas, kacang tanah dan jagung, biarkan hingga kacang dan jagung matang, masukkan labu dan kacang panjang, masak hingga setengah matang, masukkan garam, gula dan terasi.
3.  Cicipi rasanya dan sempurnakan garam dan gulanya, masak sampai semua bahan matang dan empuk.

7. SUP SAYURAN DENGAN DAGING SAPI

Bahan :
1 batang wortel
3 batang daun sawi hijau
3 kuntum kembang kol
100 gram daging sapi
3 siung bawang putih
3 siung bawang merah
1 ruas jari jahe 
2 batang seledri

1.  Wortel dipotong bulat, sawi hijau potong 2 cm, kembang kol dipotong (ukuran semuanya dibuat mudah suap).  Iris tipis bawang putih dan bawang merah, kupas dan geprek jahe, ikat seledri.
2.  Rebus daging sapi, jahe, garam dan gula hingga daging matang, potong kotak.
3.  Masukkan seledri dan wortel hingga setengah matang, masukkan kembang kol dan sawi hijau.
4.  Cicipi rasanya dan sempurnakan garam dan gulanya, masak sampai semua bahan matang.

     Karena putri saya sekolah sampai lebih dari pukul duabelas siang dan mendapat makan siang dengan menu catering yang disediakan sekolah, masakan ini hanya untuk dua kali makan yakni pagi dan sore saja..  Untuk selingan pagi di sekolah biasanya saya bekali dengan snack siap santap dan susu sedang untuk selingan sore di rumah biasanya saya berikan buah dan susu.  
     

Saturday, October 15, 2016

MEMBUAT PUDING COKELAT SEDERHANA DAN MUDAH

Oleh : Resna Natamihardja

      Agar - agar merupakan makanan yang terkenal sebagai makanan kaya serat.  Untuk menyajikan agar - agar supaya tak menjadi makanan membosankan di rumah saya biasanya mengeksplorasi resep agar bisa menyajikan dengan lebih bervariasi.

     Kali ini saya membuat Puding Cokelat.  Puding Cokelat ini bukanlah makanan yang populer saat ini, resepnya sudah dikenal sejak lama dengan berbagai komposisi dan jenis bahan.  Yang saya catat di sini adalah Puding Cokelat dengan resep yang sangat simpel, sederhana dan mudah dipraktekkan siapa saja.

     Dan berikut resep dan cara membuat Puding Cokelat yang saya praktekan kali ini :

Bahan :
1 bungkus agar - agar
150 gram gula pasir
2 sachet susu kental manis cokelat
2 sendok teh penuh maizena
2 sendok teh cokelat bubuk
650 ml air 





Cara membuat :
1.  Campurkan semua bahan, aduk terlebih dahulu hingga rata.
2.  Panaskan hingga adonan meletup - letup.
3.  Basahi cetakan dengan air untuk memudahkan puding keluar dari cetakan.
4.  Tuangkan adonan puding ke dalam cetakan, bekukan.  Setelah beku bisa dimasukkan ke lemari pendingin/chiller.

     Penambahan maizena ke dalam bahan puding bukan saja akan membuat puding menjadi lebih lembut namun juga membuat warna puding lebih merata.  Adanya jenis bahan seperti santan atau susu jika dimasukkan sebagai bahan adonan puding akan membuat sebagian puding berbeda warna, bagian yang lebih putih terkumpul di satu sisi (mengapung di bagian atas puding).

     Puding Cokelat ini bisa dimakan langsung atau bisa disajikan dengan tambahan vla atau susu kental manis agar tampilannya lebih cantik.  Jika akan disajikan dengan vla atau susu kental manis sebagai sausnya maka jumlah gulanya dikurangi menjadi 100 gram, tapi jika tidak mau ribet maka resep di atas rasanya sudah manis (menurut saya hehe...)


Sunday, October 9, 2016

MEMBUAT MAKANAN BAYI HOMEMADE

Oleh : Resna Natamihardja

     Melanjutkan catatan tentang jenis - jenis bahan pangan untuk makanan bayi berdasarkan umur, kali ini saya akan bercerita tentang pengalaman membuat makanan bayi sendiri.  

     Untuk yang ingin mengetahui bahan pangan untuk makanan bayi sesuai usia yang saya pergunakan silakan baca  BAHAN PANGAN UNTUK MEMBUAT MAKANAN BAYI

     Di catatan ini saya tidak akan menuliskan secara mendetail resep makanan bayi homemade tapi catatan tentang cara pembuatan  makanan bayi homemade yang saya lakukan dulu.

     Saya memulai pengenalan makanan padat untuk bayi di usia enam bulan.  Mulai dengan bubur halus yang sangat cair berbahan beras putih organik.  Saya tidak menggunakan tepung sebagai bahan dasarnya melainkan beras utuh.

     Saya mengawali dengan dua sendok beras untuk 3 kali makan ditambah air (saya lupa takaran persisnya), diletakkan dalam mug stainless steel tertutup, dimasak dalam panci yang berisi air.  Ada sedikit cerita, pernah sekali waktu, saya memasukkan air perebus terlalu banyak sehingga bubur yang ada dalam stainless steel terbalik dan tumpah dalam panci sehingga pembuatannya diulang.

     Dua minggu saya coba mengenalkan bubur bayi berbahan beras dengan tekstur sangat halus dan cair yang dimasak dengan cara ditim dan dihaluskan dengan blender.  Saya mempersiapkan blender untuk makanan bayi dengan membeli blender yang tabungnya terbuat dari kaca, ditempeli stiker food grade  dan tidak dipergunakan untuk makanan lain.  Setelah lewat dua minggu, saya ingin menambahkan dengan sayuran dan terjadilah 'kisah sedih' yang saya pernah ceritakan hehe... saya mulai dengan sekuntum brokoli (kurang lebih sesendok makan) dan itu menyebabkan perut putri saya kembung.  Akhirnya saya mundur kembali ke bubur beras halus selama dua hari sambil browsing mencari bahan makanan untuk bayi sesuai tahapan usia.

 Setelah menemukan chart pemberian makanan untuk bayi sesuai umur di wholesomebabyfood.momtastic.com akhirnya saya memperbaiki kekeliruan dan memulai pengenalan sayuran dengan wortel dengan jumlah awal yang lebih sedikit terlebih dahulu (hanya satu sendok teh parutan wortel) dan ditambahkan secara bertahap.  Wortel tidak membuat kembung namun membuat pup bayi menjadi agak keras.

     Lazimnya bubur bayi memang menggunakan wortel, namun tertarik dengan penjelasan salah satu artikel di wholesomebabyfood.momtastic.com yang mengatakan bahwa sweet potatoes (ubi jalar yang disana ditunjukkan dalam gambarnya yang berwarna merah) adalah makanan yang sangat baik untuk bayi.  Saya memasukkannnya sebagai substitut wortel.  Ibu saya mengatakan bahwa makanan bayi jarang dipergunakan untuk makanan bayi karena alasan tertentu.  Tapi ketika saya memberikan ubi merah untuk putri saya (dengan takaran yang sama dengan wortel) tak ada masalah yang terjadi pada putri saya.  Hanya saja warning dari ibu membuat saya tidak terlalu sering memberikan ubi jalar untuk putri saya.

     Saya punya cerita unik tentang wortel dan keponakan saya.  Dulu jari tangan dan jari kaki keponakan sempat menguning hingga membuat kami semua sangat khawatir dia sakit meski dia kelihatan baik - baik saja.  Ketika orangtua nya membawa ke dokter, dokter mendiagnosa itu karena konsumsi wortel berlebih dan dokter menyuruh menghentikan dulu penambahan wortel dalam makanan keponakan saya.  Dan ternyata diagnosa dokter bebar, jari -jari keponakan menguning karena konsumsi wortel berlebih, setelah dihentikan sementara waktu kondisi tangan dan kaki keponakan saya berangsur pulih seperti semula.  Mungkin lebih tepatnya karena konsumsi beta karoten berlebih ya...

     Banyak ibu bekerja memilih menggunakan makanan bayi buatan pabrik dalam pengenalan makanan padat untuk putra - putrinya dengan alasan kepraktisan.  Tapi sebenarnya selain bisa memilih bahan sesuai keinginan, pembuatan makanan bayi tidak serumit yang diduga.

       Untuk membuat bubur, beras dan air ditim kurang lebih 45 menit, angkat, dinginkan, haluskan dengan blender dan panaskan kembali kurang lebih 15 menit.  

      Jika ke dalam bubur akan ditambahkan kaldu dan protein hewani, buatlah kaldu dengan cara merebus daging ayam atau ikan dalam air dengan api sangat kecil, rebus sampai daging ayam atau ikan matang.  Untuk menyiasati waktu, saya biasanya membuat kaldu di akhir pekan kemudian dikemas untuk satu kali memasak.  Saya biasa menyimpan dalam plastik beberapa sendok kaldu dan sepotong daging ayam atau ikan (saya mengawali dengan 50 gram untuk 3 kali makan).

     Sehingga protein apapun yang dipergunakan dalam pembuatan makanan bayi biasanya dimasukkan bersamaan dengan sayuran.  Beras ditim terlebih dahulu selama 30 menit, kemudian masukkan daging ayam atau ikan matang bersama kaldunya dan sayuran selama 15 menit, angkat, diamkan sampai dingin, lalu haluskan dengan blender sesuai kehalusan yang diinginkan dan panaskan kembali selama 15 menit.  Dan setiap akan disajikan dihangatkan terlebih dahulu.

     Volume pemberian makanan padat akan bertambah seiring bertambahnya usia bayi.  Makanan padat di awal semester kedua ini akan menjembatani bayi hingga menjadi anak yang siap makan dengan 'makanan keluarga'.

   Awalnya bubur bayi yang saya buat bertekstur sangat halus dan cair.  Perlahan saya tambah kekentalannya.  Kemudian tingkat kehalusannya dikurangi seiring kesiapan bayi hingga akhirnya tim bayi dibuat dengan beras utuh dengan tambahan cincangan halus sayuran dan protein hewani.  Selanjutnya bertahap mulai dipisahkan nasi tim dengan sayurnya.  Sayur ini awalnya dibuat dengan potongan halus. dan bertahap cincangan sayurnya dibuat lebih besar.

     Jika terlibat dari awal dalam pembuatan makanan bayi, kita akan bisa membuat makanan bayi dengan volume yang tepat, meningkat seiring usia bayi.  Saya sendiri tidak terlalu berpatokan pada resep makanan bayi yang banyak ditulis.  Saya paling nyontek campuran bahannya saja.

     Setiap anak dalah unik.  Ada beberapa anak yang sudah siap dengan tim beras utuh di usia satu tahun.  Tapi saya mendengar cerita beberapa teman yang anaknya sudah berusia hampir satu setengah tahun masih harus makan dengan tim lunak itupun masih harus diblender hingga setengah hancur.  

     Tapi sebagai ilustrasi saya dulu biasanya membuat tim bayi dengan bahan seperti ini:

Beras Merah
Tepung Kacang Kedelai
Brokoli
Kaldu dan daging ikan gurame

atau seperti ini :

Beras Putih
Tepung Kacang Hijau (Mung Bean)
Wortel
Kaldu dan daging ayam

     Saya sangat merekomendasikan para ibu untuk memberikan makanan bayi buatan sendiri di rumah.  Makanan bayi rumahan berdasar pengalaman saya memudahkan kita memberikan makanan sehat di usia selanjutnya untuk putra - putri kita.  Dulu sebelum usia dua tahun, sangat mudah bagi saya memberikan sayuran atau buah apapun untuk putri saya, sekarang setelah umurnya lima tahun dan dia mulai mengenal banyak makanan 'enak' saya kadang agak kesulitan mengenalkan makanan terutama makanan baru untuknya.  Yah, tergantung 'kebijakan' ibu - ibu untuk menjejalkan makanan baru yang dianggap bagus untuk tumbuh kembang anak.  Dengan bujukan, reward atau penjelasan tentang akibat jika tidak makan dengan gizi seimbang.

     Tapi seringnya penolakan ini terjadi hanya pada saat awal pengenalan sebelum mencoba, setelah dicoba kadang putri saya malah jadi suka sekali.  Jadi kesulitannya malah pada saat membuatnya mau mencoba mencicipi.

     Mungkin lebih bagus jika sebanyak mungkin sayur dan buah dikenalkan sebelum usia dua tahun.  Saya punya cerita yang mungkin akan terdengar 'aneh' untuk ibu - ibu lain.  Putri saya baru dikenalkan dengan anggur setelah umur 2 tahun.  Dan karena tidak biasa, awalnya dia menolak makan anggur (import) yang mungkin menjadi kesukaan anak lain.  Kekhawatiran saya yang berlebihan tentang 'handle' buah import membuat anak saya sampai sekarang kurang suka anggur (padahal buah lokal juga jarang yang pesticide free ya?heu...) 

Thursday, October 6, 2016

BAHAN PANGAN UNTUK MEMBUAT MAKANAN BAYI

Oleh : Resna Natamihardja

     Suatu hari seorang teman yang memiliki putra yang masih bayi bertanya bagaimana saya pertama kali mengenalkan makanan padat pada putri saya.  Dan dengan yakin saya menjawab bahwa sampai usia tigabelas bulan putri saya setiap hari hanya mendapatkan makanan padat secara bertahap mulai dari bubur cair hingga nasi tim buatan sendiri di rumah.

     Makanan bayi yang saya buat berbahan makanan organik dan tanpa rasa.  Karena putri saya adalah anak pertama (dan sepertinya hanya akan menjadi satu - satunya putri saya hehe...) saya waktu itu belum punya pengetahuan cukup sehingga di awal pemberian makanan bayi (umur enam bulan) saya pernah melakukan kesalahan, setelah dua minggu memberikan bubur halus dan encer berbahan beras putih, saya memasukkan sekuntum brokoli yang diblender bersama bubur beras halus encer tersebut.  Alhasil perut putri saya langsung kembung (duh, maafkan mama ya nak...)

     Dari kesalahan itu saya mulai browsing mencari bahan pangan untuk makanan bayi yang pas untuk usianya.  Saya menemukan salah satu artikel di wholesomebabyfood.momtastic.com yang berisi chart makanan sesuai usia bayi.
 

     Bahan makanan yang tercantum di sana banyak yang asing untuk saya.  Tapi beberapa bukan makanan yang asing di Indonesia, dan saya pun hanya memilih yang mudah di dapat di sekitar tempat tinggal saya saja.

     Berikut bahan pangan yang saya pernah gunakan dalam pembuatan makanan bayi padat untuk putri saya berdasar tahap usia nya.

1.  Bulan ke enam sampai dengan delapan (6,7,8 bulan)
Putri saya dikenalkan dengan makanan bayi cair halus berbahan beras putih dan secara bertahap ditambah sayuran wortel atau ubi jalar merah dan protein hewani dari ayam.  Sedangkan untuk buahnya saya hanya memilih alpukat dan pisang.  Meski sayuran seperti kacang polong atau buah - buahan seperti apel dan pir dikatakan sudah boleh diberikan pada usia teresebut tapi saya tidak memilihkan sayuran dan buah - buahan tersebut pada putri saya.

2.  Bulan ke delapan sampai dengan sepuluh (8,9,10 bulan)
Bahan pangan yang dikenalkan di usia ini bertambah dengan beras merah, sayurannya bertambah dengan brokoli dan kembang kol, mulai dikenalkan juga protein nabati berupa kacang - kacangan, buah - buahannya saya tambah dengan pengenalan pepaya, sedangkan protein hewaninya saya tambah dengan ikan air tawar (saya pilih ikan gurame yang tebal dagingnya).  Meski protein hewani daging sapi dan telur ayam sudah dibolehkan pada usia ini tapi saya belum memberikannya pada putri saya.

3.  Bulan ke sepuluh sampai dengan duabelas (10,11,12 bulan)
Di usia ini saya semakin leluasa mengeksplorasi jenis - jenis bahan makanan, sayuran sampai labu siam dan terong ungu pun saya masukkan, protein hewaninya bertambah dengan telur dan daging sapi, buahnya bertambah dengan jus jeruk.

     Saya memberikan bahan makanan dengan jenis yang lebih terbatas karena saya menambahkan kriteria lain untuk pilihan jenis makanannya yakni lokal dan organik.  Mungkin sedikit berlebihan kekhawatiran saya tentang produk import.  Saya juga melakukan penundaan pemberian beberapa jenis protein hewani  seperti telur atau ikan laut (seafood) karena antisipasi (yang mungkin juga sedikit berlebihan) dari kemungkinan menyebabkan alergi. 

     Saya bersyukur selama periode enam bulan tahapan awal pengenalan makanan padat untuk putri saya, sayuran organik yang saya inginkan seperti wortel, brokoli, kembang kol sampai terong ungu supply nya konstan ke supermarket langganan saya, karena sekarang saya sulit menemukan jenis sayuran tersebut dengan label organik di kemasannya.

     Untuk beras putih dan beras merah dulu saya menggunakan produk 'Mentariku', adapun untuk kacang - kacangan saya  biasanya menggunakan yang sudah berbentuk tepung (pilihan saya tepung kacang hijau, kacang kedelai, kacang merah) produk 'Gasol',  sedang untuk sayurannnya saya dulu memakai produk 'Cisondari'.

     Mengenai jenis protein hewani, karena di supermarket tidak terdapat produk berlabel organik, saya memilih ayam kampung yang di Pasar Cikurubuk Kota Tasikmalaya banyak dijual dalam kondisi hidup, dipotong dan dibersihkan di depan pembeli.  Seorang famili mengatakan sekarang ini jarang ayam yang sepenuhnya organik, tapi setidaknya menurut seorang peternak biasanya ayam kampung yang sengaja diternakkan sekalipun hanya mendapat pakan produksi pabrik selama empat bulan pertama selanjutnya mendapat pakan alami.  Namun selama periode pemeliharaan ayam tersebut mungkin tetap mendapatkan obat - obatan.  Tapi yah, hanya itu pilihan yang ada, setidaknya masih agak 'mending' dibanding membeli ayam bukan ras (broiler).  Demikian pula dalam pemilihan ikan gurame, saya berusaha mencari yang alami meski sulit dan tidak selalu dapat.  Hmm...saya cuma bisa memaksimalkan ikhtiar.

     Catatan penting dalam pembuatan makanan bayi adalah saya tidak pernah menambahkan penambah rasa apapun jenisnya baik manis dari gula maupun asin dari garam.  Jadi anak saya hanya mengenal rasa asli makanan, manis dari wortel, gurih dari ayam atau ikan dan lain - lain.  Beberapa famili kelihatan 'kasihan' dengan putri saya yang makanannya tanpa rasa hehe....tapi saya yakin pilihan saya benar.

     Saya baru menambahkan rasa asin di umur ke tiga belas bulan karena saya tidak bisa menemukan unsalted cheddar cheese.  Karenanya mau tidak mau anak saya akhirnya untuk pertama kali mengenal rasa asin.

     Saya rasa pilihan makanan padat tanpa rasa di awal pengenalan makanan untuk putri saya justru memudahkan saya untuk tetap bisa menjejalkan makanan buatan rumah tanpa tambahan penyedap hingga sekarang.  Meski mungkin karena bosan ada beberapa makanana yang awalnya merupakan makanan favoritnya (seperti alpukat) sekarang dia sedang tidak doyan.  Tapi beberapa sayuran baru yang bagi sebagian anak lain mungkin sulit diterima (seperti oyong) dia malah suka.  Meski sekarang dia kadang memilih karena rasa bosan tapi masih banyak sayuran atau buah - buahan lain yang bisa menjadi alternatif untuk saya memberikan makanan bergizi baik untuknya.  Sekarang ini saya juga sudah tidak lagi membatasi keharusan organik untuk bahan makanan putri saya, asalakan dicuci bersih di air mengalir saya merasa sudah cukup 'aman'. 

Monday, October 3, 2016

MEMBUAT APEM MEKAR KUE TRADISIONAL 'ASLI' TANPA PENGEMBANG

Oleh : Resna Natamihardja

     Kue apem adalah salah satu penganan jajan pasar yang proses pembuatannya melalui proses fermentasi.  Karena kue ini termasuk snack tradisional dan banyak dibuat sebagai snack pada acara hajatan di pedesaan saya yakin zaman dahulu pembuatannya tidak menggunakan pengembang kimia.  Kue apem terkenal juga dengan sebutan kue mangkok.

     Bagi saya sekarang (setelah putri saya dirasa sudah 'aman' mengkonsumsi makanan dengan food additive) membuat makanan tanpa food additive tetap menjadi tantangan mengasyikan.

     Setelah membuka - buka berbagai resep pembuatan kue apem dari berbagai terbitan mulai buku, majalah, koran 'jadoel' sampai yang terkini tak juga menemukan resep tanpa food additive, rata - rata menggunakan penegmbang, jika bukan gist, instant yeast (seperti fermipan) maka akan ada baking powder atau baking soda sebagai gantinya.   

     Saya teringat bahwa saya juga memiliki buku catatan resep yang diantaranya saya dapat dari ibu - ibu tetangga yang jago masak dan family yang sekarang bahkan sudah almarhum.  Saya  buka - buka buku yang sudah mulai bolong - bolong dimakan rayap (saya mulai 'merintis' catatan resep ini sejak SMP, hampir tiga puluh tahun yang lalu).  Dan... ternyata ada resep kue apem yang tidak menggunakan pengembang di sana.  Wah, senangnya, meski saya tidak tahu resep tersebut saya dapat dari mana.

     Langsung saya praktekan resep tersebut dan inilah pengalaman saya sewaktu membuat kue apem :

Bahan :
175 gram tepung beras
125 gram tape singkong yang sudah lembek sepenuhnya
125 gram gula pasir
1/2 gelas (kurang lebih 125 ml) air hangat
1/2 gelas (kurang lebih 125 ml) santan dari 1/4 butir kelapa tua


Cara membuat :
1.  Tepung beras, tape singkong, gula dan air hangat diuleni hingga kalis.
2.  Diamkan semalam untuk fermentasi tahap pertama (saya 15 jam)
3.  Hangatkan santan masukkan dalam adonan hasil fermentasi tahap pertama, diamkan lagi 2 jam untuk fermentasi tahap kedua)
4.  Panaskan kukusan hingga berasap.  Olesi cetakan dengan sedikit minyak.
5.  Kukus dengan api besar hingga matang (saya kurang lebih 20 menit).

Catatan : adonan ini menghasilkan kurang lebih 12 buah apem.

      Untuk menambahkan aroma wangi ke dalam air kukusan bisa ditambahkan beberapa lembar daun pandan.

     Kue tradisional dengan proses fermentasi tanpa pengembang kimia memang membutuhkan waktu lama untuk membuatnya.  Tapi tak terasa berat juga kok, karena selama menunggu adonannya mengembang kita tak perlu melakukan apa - apa selain menunggu.  (bahkan saya fikir selama ke dalam adonan tidak ditambahkan bahan yang cepat basi seperti santan atau telur mentah mendiamkannya lebih lama dalam fermentasi tahap pertama tidak masalah).   

     Meski tanpa pengembang, kue apem ini bisa merekah.  Ada satu hal yang ingin saya ceritakan bahwa pada pengukusan pertama saya mengikuti resep sesuai catatan aslinya yang tidak mengharuskan adanya fermentasi tahap kedua, hasilnya kue apem tidak merekah.  Saya fikir penyebabnya mungkin karena setelah penambahan santan tidak dilakukan fermentasi kembali.  Teringat bahwa dalam pembuatan donat atau roti juga dilakukan dua kali fermentasi maka adonan saya diamkan kembali selama 2 jam sebelum dikukus dan hasilnya alhamdulillah kue apemnya merekah.  Saya rasa siapapun yang memberikan resep ini pada saya dulu resep ini berasal dari resep asli tradisional  turun temurun karena tidak ada bahan kimia dalam komposisi bahannya yang dulu tidak mudah ditemukan di pedesaan.

Saturday, October 1, 2016

TANAMAN PAGAR YANG BISA DIJADIKAN LALAPAN MATANG

Oleh : Resna Natamihardja

     Jauh sebelum pemerintah gencar mensosialisasikan program ketahanan pangan, masyarakat zaman dulu terutama di pedesaan Jawa Barat tanpa disadari sudah menerapkan salah satu bentuk kearifan setempat dengan menanam tanaman - tanaman layak konsumsi dengan multifungsi.  Dengan bentuk daun yang cukup menarik, tanaman ini sekaligus dijadikan tanaman hias (tanaman pagar).

     Kebutuhan serat pangan orang Sunda zaman dulu banyak dipenuhi dengan kebiasaan makan nasi ditemani lalap dan sambal.  Lalap ini ada yang dimakan mentah adapula yang dimakan matang.

     Bagi yang ingin mengetahui jenis - jenis lalapan mentah yang sering dikonsumsi masyarakat di Jawa Barat  silakan baca JENIS - JENIS LALAPAN DAUN DIMAKAN MENTAH KHAS SUNDA

     Teringat candaan seorang teman semasa menyelesaikan pendidikan di sebuah kota di Jawa Tengah sekitar duapuluh tahunan silam.

     " Teh, katanya enak ya punya istri orang Sunda, kalau kita gak punya makanan, tinggal lepas aja di kebun, beres.  Sukanya kan makan daun - daunan."

     Saya hanya menanggapi dengan senyum, meski dalam hati menjawab, " Iya mas, kalau istrinya kambing..." Hehe...

     Orang Sunda sangat identik dengan lalapan.  Saya bahkan punya pengalaman unik sewaktu menghabiskan liburan akhir tahun ajaran di masa taman kanak - kanak atau sekolah dasar dulu.  Pernah sekali waktu disuguhi seorang pekerja di kebun kakek masakan urap berbahan sangat tak biasa yakni pucuk daun karet.  Ya, urap daun karet...

     Tapi kali ini saya tidak akan bercerita tentang daun karet, saya ingin bercerita tentang daun - daun yang terutama dulu banyak ditanam di halaman rumah sebagai pagar pembatas halaman rumah dan tanaman tersebut sekaligus bisa dijadikan bahan pangan.

     Dan inilah tanaman daun - daunan yang layak konsumsi dan banyak ditanam di halaman rumah sebagai tanaman pagar.  Daun - daun ini dijadikan santapan setelah melalui proses perebusan atau pengukusan.


1.  Tanaman daun mangkokan
     Tanaman ini cukup populer karena bentuknya yang unik dan aromanya khas, yang juga konon berkhasiat menghilangkan bau badan.
     Lebih jauh tentang daun mangkokan silakan baca DAUN MANGKOKAN : TANAMAN PAGAR ZAMAN DULU







2.  Tanaman daun suring
     Bentuk tanaman ini mirip dengan daun mangkokan namun berdaun kecil - kecil, aromanya juga hampir sama dengan daun mangkokan.  Sewaktu browsing mencari informasi tentang daun suring, yang ditemukan adalah sebutan daun suring untuk tanaman yang dikenal juga dengan sebutan kenikir.  Di daerah sekitar saya tanaman kenikir disebut juga dengan nama randamidang.  Saya tida bisa memastikan nama apa yang benar untuk tanaman ini, yang pasti sebagaimana seperti halnya daun mangkokan daun tanaman ini banyak dikonsumsi sebagai lalapan.




3.  Tanaman daun imba
     Sebelum menulis tentang daun ini, saya coba browsing mencari informasi tantang daun imba, namun yang muncul adalah informasi tentang daun mimba yang berbeda jenis dengan daun imba yang ingin saya ceritakan.  Tanaman daun imba yang saya kenal sejak kecil adalah tanaman daun yang saya tampilkan di sini.  Bentuk daunnya menjari dan aromanya mirip dengan daun mangkokan.










4.  Tanaman daun kakadongdongan
     Daun ini mirip dengan tanaman daun imba dari bentuk batang dan aromanya, hanya berbeda bentuk daunnya saja, daun kakadondongan berbentuk oval mengeriting di bagian pinggiran daunnya.














5.  Tanaman daun caya - caya
     Tanaman yang sedang populer sebagai lalapan pada saat sekarang ini.   Tanaman yang memiliki daun mirip daun dari tanaman jarak ini banyak dijadikan lalap bahkan dimasak menjadi urap atau gulai.














6.  Tanaman Randamidang
     Atau dikenal juga dengan sebutan daun kenikir.  Tanaman ini cukup populer, memiliki aroma khas dan bunga yang cantik.  Tanaman dengan penamaan Sunda yang sangat unik, karena dalam bahasa Sunda randa midang berarti kurang lebih 'janda yang bersolek' hehe...

Wednesday, September 14, 2016

MENDOAN : VARIAN GORENGAN TEMPE PALING POPULER

Oleh : Resna Natamihardja

     Menyambung posting tentang gorengan tempe yang kalah popularitasnya dibanding mendoan yakni cipe.  Kali ini saya ingin memunculkan resep mendoan untuk memperlihatkan perbedaan cipe dengan mendoan.  Beda yang paling jelas terdapat pada penggunaan bumbu aromatik yang lebih kuat.  Adanya kencur yang menjadi ciri khas aroma mendoan selain penggunaan bawang putih yang dominan.  Selain itu bentuk mendoan dengan tempe tipis lebar yang terselimuti adonan tepung, sementara pada cipe tempenya hanya menempati kurang lebih seperempat luas cipe sisanya tepung (sepertinya saya juga sering membuat cipe dengan bentuk yang menyalahi 'aturan' hehe...).


     Resep mendoan ini pertama kali saya dapat dari edisi cetak sebuah tabloid wanita yang terbit bertahun - tahun lalu.  Saya tidak bisa merinci nama tabloid dan tahun terbitnya karena klipping tersebut saya buat tanpa menyertakan data terbitannya.  Saya juga menambahkan bumbu lalin seperti kemiri berdasar informasi dari seorang ibu penjual mendoan.  Ibu ini tentu saja tidak menjelaskan secara rinci rahasia dapurnya tapi hanya menyebutkan jenis bumbu yang dipergunakannya saja dan salah satu yang disebutkannya adalah kemiri yang tidak tercantum dalam resep mendoan di tabloid tersebut. 

     Perpaduan resep dan cara membuat dari tabloid ditambah informasi dari ibu penjual mendoan inilah yang saya gunakan untuk menyajikan mendoan di rumah.  Inilah resep dan cara membuat mendoan yang dibuat di rumah :

Bahan :
100 gram tepung terigu serbaguna
25 gram tepung beras
200 ml air
1 batang daun bawang, iris halus
6 iris tempe tempe, kurang lebih ukuran 5 x 5 x 1/2 cm 
garam (saya gunakan 1/3 sendok teh garam)
gula pasir (saya gunakan seujung sendok teh sebagai pengganti kaldu bubuk/penyedap)
Bumbu halus :  2 siung bawang putih
                       seujung sendok teh ketumbar
                       1 ruas jari kencur
                       2 butir kemiri

Cara  membuat :
 1.  Campurkan bumbu halus dengan semua bahan lain kecuali tempe.  Cicipi rasanya, sempurnakan garam dan gulanya jika dirasa kurang.  
2.  Celupkan tempe ke dalam adonan tepung.
2.   Panaskan minyak,  goreng  sampai tempe dan adonan tepungnya matang tapi tidak sampai kering (saya biasa menggoreng dengan api kecil agar mendoan matang merata).    


     Di resep yang terdapat dalam tabloid menggunakan kaldu bubuk sebagai penyedap tapi dalam pembuatan mendoan di rumah saya jarang membubuhkan penyedap ke dalam adonan pencelupnya.

    Mendoan ini enaknya disajikan hangat - hangat karena semakin lama disajikan sejak diangkat dari penggorengan rasanya akan menjadi 'gaaleun' (hemm...apa ya padanan kata 'gaaleun dalam bahasa Indonesia...pokoknya mengeras begitu deh...)

    Mendoan ini enak dimakan sebagai tambahan menu nasi pecel atau bisa juga untuk sarapan bersama dengan lontong (saya biasanya menyajikan untuk suguhan, cipe atau mendoan dengan buras yakni sejenis lontong yang dibuat dengan bentuk khusus dan pembuatannya menggunakan santan atau parutan kelapa muda).

Tuesday, September 13, 2016

HOREE...AKHIRNYA 'PANEN' BELIMBING JUGA

Oleh : Resna Natamihardja

     Ketika mulai menulis chapter gardening ini, niat pertama saya akan mengisinya dengan cerita tentang koleksi pohon buah - buahan yang saya miliki.  Sayangnya ketika beberapa bulan lalu saya mulai mengisi kembali blog ini, saya belum lama memangkas pohon buah - buahan yang ada di rumah.  Pohon jambu air yang biasanya berbuah lebat saya potong hingga tersisa satu setengah meter saja.  Jadi mungkin masih butuh waktu untuk berbuah kembali.  Demikan juga pohon rambutan, terakhir hanya disisakan dua dahan, dahan yang mengarah ke atas atap rumah tetangga saya pangkas habis.  Sedangkan tanaman lain mungkin karena tidak mendapatkan perlakuan intensif belum ada yang berbuah (kecuali kedondong bangkok mini yang tidak pernah absen berbuah).

     Ada yang unik ketika saya bermaksud memangkas bebarapa pohon buah yang dahannya menghalangi lalu lalang orang.  Merasa sayang batang hasil pemangkasan dibuang begitu saja, saya terlebih dahulu mencangkok dahan - dahan yang akan dipangkas tersebut.  Selain dalam rangka melanjutkan proses belajar tentang pembiakan tanaman dengan cara vegetatif (ciee...), keluarga memiliki sedikit tanah kosong di luar kota yang ditumbuhi gulma setinggi manusia.  Ini memang bukan cara mencangkok yang baik, karena seharusnya pada saat akan mencangkok harus dipilih dahan yang sudah pernah berbuah.  Tapi karena tujuan menanamnya hanya untuk tujuan penghijauan (dengan sedikit harapan bisa menghasilkan buah juga sih hehe...) ditambah keinginan untuk meningkatkan kemahiran mencangkok, jadi ya saya fikir nothing to loose hehe...

     Naaah, jika pada tanaman lain, saya berhasil menumbuhkan akar dari batang tanaman yang dicangkok, maka hal unik terjadi dari pohon belimbing ini, bukannya keluar akar tapi malah keluar banyak bunga di dahan yang pangkalnya dilukai ini.  Bunga - bunga ini hanya bermunculan pada satu dahan itu saja seperti nampak pada foto (mudah - mudahan terlihat jelas) yang saya tampilkan di sini.

     Karena belum tahu bagaimana merawat bunga belimbing agar bisa berbuah lebat, tak ada perlakuan khusus saya berikan pada pohon belimbing yang sedang berbunga ini.  Sebenarnya dulu sebelumnya pohon belimbing ini pernah juga berbunga banyak, sayangnya pada saat buahnya seukuran jempol tangan buahnya berguguran.  Jadi sekarang pun saya tak berharap banyak.

     Tapi alhamdulillah, meski sebagaian besar bunga dan pentil buah berguguran, tersisa empat buah yang terus bertahan hingga tua meski ukurannya sepertinya belum maksimal.  Mudah - mudahan ketidakmaksimalan ini karena merupakan buah perdana (yang sampai matang).  Karena ketika saya membeli bibitnya, penjualnya mengatakan jenisnya adalah belimbing Dewi yang katanya buahnya besar - besar.  Penjual bibit buah ini memang bukan penjual bersertifikat tapi sudah menjadi langgganan saya sejak belasan tahun silam.  Salah satu bibit pertama yang saya beli di tempat ini adalah pohon jambu air yang sering saya ceritakan.

     Panjang buahnya setelah dipetik ternyata hanya sekitar sepuluh sentimeter.  Rasanya sedikit 'rame', manis, tapi mungkin karena belum matang sempurna rasanya ada sedikit asam dan sepet yang tipis.  Tapi menurut saya ini malah membuat rasa belimbingnya lebih enak dan segar.

     Tanaman belimbing manis yang memiliki nama latin Averrhoa Carambola ini dalam beberapa publikasi akademis dikatakan memiliki kemampuan menurunkan tekanan darah, namun beberapa informasi mengatakan belimbing ini juga mengandung kadar oksalat yang tinggi hingga tidak baik (memiliki bahaya) bagi orang yang memiliki masalah dengan kondisi kesehatan ginjalnya.

     Saya memang belum berhasil mencangkok belimbing kali ini, tapi berhasil membuahkan hingga layak petik.  Mungkin salah satu cara merangsang pembuahan pada belimbing ini adalah perlukaan pada batang seperti ini.  Ternyata kita benar - benar bisa belajar sesuatu bahkan dari sebuah kegagalan sekalipun bukan?

JENIS - JENIS LALAPAN DAUN DIMAKAN MENTAH KHAS SUNDA

Oleh : Resna Natamihardja

     Sebelum membuat catatan tentang jenis - jenis lalapan, saya sempat menimbang baiknya cerita tentang lalapan ini saya tulis di Chapter Cooking atau Chapter Gardening.  Akhirnya karena pertimbangan bahwa lalapan ini tidak dimasak akhirnya saya cantumkan di chapter gardening kendati saya tidak menanam lalapan ini di halaman rumah saya.

     Jenis - jenis lalapan ini sudah jarang ditemui di pasar apalagi di supermarket.  Tapi jika berkunjung ke Ciamis ada sebuah rumah makan yang memiliki salah satu kekhasan menyajikan lalapan 'buhun' (zaman dulu) ini yakni Rumah Makan Warung Jeruk.

     Saya pun memiliki koleksi gambar jenis - jenis lalapan ini pada waktu membeli pepes untuk oleh - oleh family yang akan dikunjungi hehe...Pepesnya dijadikan oleh - oleh, lalapannya dijadikan bahan cerita.

     Saya yakin banyak anak muda yang sudah tidak mengenal atau mengetahui nama - nama lalapan ini karena memang sudah jarang tersaji sebagai menu makanan di rumah.  Semua lalapan ini biasa dimakan dengan sambal terasi.  Rasanya bermacam - macam ada yang tawar, ada yang getir, ada pula yang sepet.  Teksturnya ada yang renyah, ada yang liat.

     Dan inilah lalapan daun yang sering di konsumsi orang sunda zaman dulu :    

1.  Pohpohan
Sebenarnya saya sempat beberapa kali melihat daun ini di sebuah swalayan di kota saya.







2.  Tespong
Bentuk daunnya mirip seledri tapi tidak memiliki aroma wangi seperti seledri.  Saya masih cukup sering menjumpai lalapan ini di pasar tradisional di kota saya, yang ketika saya tanya awal keberadaannya, pedagangnnya menjawab dari Singaparna (ibukota Kabupaten Tasikmalaya sekarang).


3.  Andewi
Sayuran ini mengingatkan kita pada sawi bakso karena kemiripan bentuknya namun biasanya lebih kecil.  Yang membuat saya agak heran adalah ketika saya browsing tentang andewi yang muncul adalah tanaman chikori yang juga disebut andewi prancis.  Padahal andewi yang saya kenal sejak remaja adalah andewi yang gambarnya tampil di sini.  Keberadaannya di pasar tradisional masih bisa dijumpai.
4.  Daun Dewa
Sebenarnya saya pernah menanam tanaman daun dewa ini namun ketika saya membaca sebuah artikel yang menyebutkan bahwa daun dewa ini jika dikonsumsi dalam jumlah banyak bersifat toksik bagi tubuh maka saya buang pohonnya dari halaman.




5.  Mareme
Kalau daun yang satu ini masih cukup banyak ditanam di halaman rumah di sekitar kota kecil tempat tinggal saya.  Rasanya sedikit ' manis', mungkin itu sebabnya daun ini masih memiliki cukup banyak penggemar.




6.  Reundeu
Daun ini sudah jarang dijual baik di pasar tradisional apalagi di swalayan.







7.  Antanan Gede
Antanan yang biasa dikonsumsi untuk lalapan ada dua jenis yakni antanan gede (antanan besar) dan antanan leutik (antanan kecil).  Sebutan ini didasarkan pada ukuran daunnya, ada yang berdaun lebih besar dan yang berdaun lebih kecil.  Konon antanan (atau disebut juga pegagan ini) juga banyak khasiatnya.  Yang saya dapat kali ini adalah jenis antanan berdaun lebih besar.

     Sebenarnya masih ada beberapa jenis lalapan daun yang dimakan mentah khas sunda lainnya, tapi saya belum bisa memiliki gambarnya.  Jika gambarnya sudah tersedia, akan saya lanjutkan ceritanya.
 
    Untuk yang ingin mengetahui jenis - jenis tanaman pagar yang biasa dijadikan lalapan matang di daerah Jawa Barat bisa dilihat di  TANAMAN PAGAR YANG BISA DIJADIKAN LALAPAN MATANG

Sunday, September 11, 2016

DAUN DADAP 'KOMPRES' PENURUN DEMAM TRADISIONAL

Oleh ; Resna Natamihardja

     Ketika hendak menuliskan cerita tentang daun dadap, seperti biasa terlebih dahulu melakukan 'studi pustaka' (hehe..) mencari literatur/publikasi hasil penelitian ilmiah tentang tanaman yang akan saya ceritakan.  Meski rangkuman dari hasil - hasil penelitian tersebut hanya kan menjadi sebuah paragraf singkat mengenai hasil hasil penelitian tersebut.  Bahkan kesimpulan tersebut bukan hanya ditulis dengan sangat singkat namun juga dalam bahasa yang sangat sederhana.  Mengingat saya bukanlah pakar, akademisi atau yang memiliki kapabilitas untuk menerangkan secara rinci sebuah hasil penelitian.

     Hasil pencarian saya tidak memberikan data seperti yang saya duga.  Tak banyak hasil publikasi penelitian ilmiah tentang daun dadap yang saya dapat. Bahkan hasilnya agak mngherankan bagi saya.

     Mengapa saya sedikit terheran - heran karena saya memiliki pengalaman yang menunjukkan bahwa kebiasaan turun temurun  masyarakat di sekitar saya bukanlah hal tanpa alasan.  Satu pengalaman yang membekas di benak saya.

   Waktu itu saya masih duduk di sekolah menengah pertama dan menjelang malam saya merasa badan saya agak hangat dan batuk - batuk cukup sering.  Waktu saya mencari obat, ternyata di rumah tidak tersedia obat batuk ataupun obat penurun demam (karena seingat saya orang tua juga jarang memiliki persediaan obat di rumah, orang tua saya biasanya hanya memberikan obat setelah mengunjungi dokter dan menebus obat yang diresepkan oleh dokter).  

     Teringat pengalaman waktu kecil di kampung bersama nenek (seingat saya pohon dadap yang tumbuh di halaman rumah waktu itu juga ada kaitannya dengan nenek dan kakek saya, batang setek untuk bibitnya  berasal dari kampung nenek dan kakek saya) dan karena tidak tahan dengan gangguan batuk sekitar pukul delapan malan saya pergi ke halaman rumah mengambil beberapa lembar daun dadap lalu beranjak ke dapur mengambil sedikit kapur sirih.  Saya remas  dan balurkan sekitar area dada, leher punggung yang terjangkau tangan.  Jika bisa disebut ajaib, batuk dan demam saya reda hingga keesokan harinya saya kembali bugar dan bisa beraktivitas seperti biasa.

     Pemanfaatan daun dadap dalam keluarga kami memang terbatas hanya untuk 'kompres' penurun demam (mungkin fungsinya mirip 'kompres' demam produk industri farmasi yang biasanya ditempel di dahi, bedanya 'kompres' daun dadap (dan kapur sirih) diusapkan terutama di leher, dada dan punggung).  Meski sebagian tetangga ada juga yang memanfaatkan untuk obat batuk dengan cara meminum sari/air perasannya sejumlah beberapa sendok makan.

     Di salah satu publikasi akademis tentang daun dadap ini dikatakan bahwa daun dadap ini tak memiliki pengaruh apapun terhadap demam.  Saya memang orang awam yang tidak memiliki kewenangan ilmiah untuk mengatakan barangkali ada yang terlewat dalam penelitian tersebut.  Seperti identifikasi jenis demam yang bisa 'diselesaikan' oleh daun dadap ini atau mungkin metode pengobatan yang berbeda dengan yang biasa dilakukan orang tua jaman dulu (menurunkan demam dengan balur/oles campuran dadap dan kapur sirih), entahlah. 

     Saat ini saya memiliki daun dadap di halaman samping rumah.  Ukuran batang dan daunnya rasanya sejak ditanam (stek batang) memang lebih besar dibanding daun dadap yang pernah saya buktikan khasiatnya puluhan tahun silam (meski untuk mempraktekan hal yang sama kadang malas karena ketidakpraktisannya, padahal mungkin metode ini jauh lebih aman daripada meminum obat penurun demam).  Saya tidak tau apakah karena varietas yang berbeda atau karena bibit pohon yang ditanam sekarang berasal dari pohon yang sudah sangat tua.

     Sampai sekarang tetangga terutama yang memiliki anak atau cucu yang masih kecil masih kerap memanfaatkan daun dadap ini.  Bahkan kadang jika pada saat mengambil daun di rumah sedang tidak ada orang atau sudah larut malam, mereka akan 'lapor' jika bertemu.  Saya senang bisa berbagi (jika materi mungkin terbatas, hal semacam ini seperti tak bernilai tapi bermanfaat).  Seperti pernah saya utarakan, sejak awal saya memang selalu mempersilakan siapapun yang membutuhkan apapun yang tumbuh di halaman untuk mengambil sesuai apa yang dibutuhkan.

     Hasil pencarian saya memang tak sepenuhnya mengecewakan karena di beberapa publikasi hasil penelitian yang lain saya temukan juga hasil penelitian yang menunjukkan manfaat atau khasiat daun dadap ini meski bukan yang berkaitan dengan demam atau batuk.

     Dalam publikasi hasil penelitian ilmiah dari daun dadap ini, diantaranya bahwa ekstrak daun dadap dengan kadar tertentu terbukti berfungsi menjadi anti radang pada hewan percobaan .  Daun dan batang daun dadap juga mengandung senyawa kimia aktif biologis yang membuatnya potensial menjadi bahan dasar obat herbal anti kanker payudara dan anti malaria. 

Saturday, September 10, 2016

BROWNIES KUKUS SIMPEL TANPA EMULSIFIER DAN TANPA PENGEMBANG UNTUK PEMULA

Oleh : Resna Natamihardja

     Setelah tiga kali berupaya membuat bolu kukus mekar tanpa menggunakan bahan kimia belum juga mendapatkan hasil maksimal yang diharapkan, saya akhirnya berubah haluan dan beralih mencari resep cake kukus lain yang kira - kira bisa dibuat tanpa harus menambahkan food additive.  Pilihan saya jatuh pada jenis brownies kukus.

     Di rumah terdapat banyak resep brownies kukus, mulai dari klipingan tabloid jadoel, resep getok tular dari audara sampai buku resep khusus brownies.  Salah satu buku resep brownies yang ada di rumah berjudul 25 Resep kue Paling Diminati Brownies Kukus terbitan Gramedia karya Dapur Alma.

     Dengan berbagai pertimbangan dan perbandingan resep satu dengan lainnya.  Akhirnya saya mengadaptasi resep - resep yang ada dengan mengubah komposisi/takaran bahan dan menihilkan penggunaan emulsifier (TBM/Ovalet/SP) dan pengembang (Baking Powder/Soda).

     Alhamdulillah, saya berhasil membuat brownies kukus tanpa bahan kimia tambahan makanan seperti yang foto dan resepnya ditulis disini.  Ada yang unik dari pembuatan dan penyajian brownies ini,  setelah dingin untuk mencegah semut saya potong - potong brownies lalu dimasukkan wadah kedap udara dan dimasukkan cooler (kulkas).  Ketika dinikmati, rasanya kok sepertinya lebih enak dimakan dingin - dingin.

     Meski seperti yang selalu saya utarakan sebelumnya bahwa menihilkan sama sekali bahan kimia dalam pembuatan makanan mungkin nyaris mustahil mengingat bahan yang digunakan dalam pembuatan cake bukus ini adalah produk hasil industri yang kemungkinan sudah dibubuhi bahan kimia pada waktu produksinya, tapi setidaknya dalam pembuatan produk akhir di rumah tidak lagi ditambahkan bahan kimia (yang food grade sekalipun).

     Dan inilah resep dan cara membuat brownies kukus simpel tanpa penggunaan emulsifier dan pengembang yang saya buat :

Bahan :
5 butir telur ayam
200 gram gula pasir
Diayak hingga tercampur rata : 125 gram tepung terigu protein sedang
                                               25 gram cokelat bubuk
                                               1/2 sendok teh garam
Dipanaskan, angkat lalu aduk hingga leleh : 100 ml minyak sayur
                                                                 100 gram compound milk chocolate

Cara membuat :
1.  Kocok telur dan gula pasir dengan mixer berkecepatan tinggi hingga mengembang, putih, kaku dan berjejak.
2.  Masukkan campuran tepung terigu, cokelat bubuk dan garam, hingga rata dengan mixer kecepatan rendah.
3.  Masukkan campuran minyak sayur dan compound cake dengan spatula.
4.  Panaskan dandang pengukus (bungkus tutup dandang dengan serbet agar air tidak menetes pada bolu/brownies), siapkan loyang ukuran 18 x 18 cm dilapisi kertas roti.  Tuangkan adonan ke dalam loyang.
5.  Kukus hingga matang (dites dengan lidi bersih, jika kue tidak menempel di lidi artinya kue sudah matang).

     Untuk mempercantik penampilan bisa dihias dengan compound chocolate yang dilumerkan dengan cara ditim (tapi tidak saya lakukan hehe...)

     Sebenarnya saya pernah beberapa kali membuat brownies kukus dengan hasil akhir yang lebih moist (lembab) namun bagian bawah browniesnya selalu basah.  Naaah, kali ini browniesnya sama sekali tidak 'becek' seperti yang beberapa kali saya buat sebelumnya.  Dan cara membuatnya yang dibuat lebih praktis mudah dicoba siapa saja bahkan yang masih pemula seperti saya sekalipun. 

Thursday, September 8, 2016

HOMEMADE MIE HIJAU ALAMI DENGAN TOPPING AYAM KECAP

Oleh : Resna Natamihardja

     Exciting karena seteleh melalui serangkaian uji coba akhirnya bisa menemukan 'formula' yang pas untuk menghasilkan mie telur kenyal dan aman dengan cara yang mudah, akhirnya tergerak ingin meng up grade kualitas mie dari kategori 'aman dan sehat' menjadi lebih sehat lagi dengan memasukkan unsur sayur dalam komposisi bahannya.


     Dan untuk itu saya bermaksud membuat mie hijau dengan pewarna dari sayuran sawi hijau.  Tentu saja dengan takaran yang sudah 'pas' selama ini, saya hanya bisa memasukkan dua sendok makan cairan sayuran ke dalam bahan.  Karenanya untuk praktisnya cairan sayuran ini diambil dengan cara ditumbuk dan diperas airnya.

     Saya jadi semakin senang membuat mie sendiri setelah berhasil meng create formula dengan takaran dalam jumlah yang sedikit sehingga memudahkan dalam pembuatan adonan.  Selain itu tanpa prosedur yang ribet bisa dihasilkan mie yang kenyal tanpa tambahan bahan kimia yang food grade sekalipun.  Sesuai komitmen awal ingin menyajikan makanan yang lebih aman untuk keluarga, saya membuat mie tanpa bahan kimia tambahan makanan sehingga dalam resep dan cara membuat mie ini tidak ada pengenyal ditambahkan (baik STP, CMC atau air abu kie sekalipun). 

      Dalam pembuatannya saya menggunakan alat penggiling/pencetak mie manual yang harganya terjangkau.  Saya sudah lama membeli alat pencetak pasta ini, sudah sejak lima belas tahunan yang lalu, tapi jarang sekali dimanfaatkan karena belum punya resep mie yang 'meyakinkan' (resep yang saya temukan dulu terkesan rumit).  Hanya sekali dua kali digunakan untuk membuat adonan snack seperti pisang molen.  Alat ini tidak disarankan untuk dibersihkan dengan cara pencucian, pembersihannya cukup menggunakan kuas untuk menyapu adonan yang menempel.  Saya membersihkan alat ini selain dengan kuas juga dengan serbet kering, biasanya ditunggu hingga sisa adonan yang menempel kering terlebih dahulu untuk memudahkan penyapuan kuas.  Jangan menyimpan alat pencetak dengan sisa adonan yang masih menempel karena akan membuat bagian yang tertempel adonan menjadi berkarat.

     Sekarang alat pencetak pasta ini jadi sering dimanfaatkan karena sudah menemukan formula yang pas dengan cara pembuatan yang sederhana dan mudah.  Setidaknya seminggu sekali alat ini dipergunakan.

     Untuk membuat mie yang 'enak' sebenarnya bisa ditambahkan penyedap dan kaldu bubuk atau menambahkan minyak bekas menggoreng bawang.  Tapi saya tidak menambahkan bahan tersebut karena mie saya masih 'laris' (di rumah hehe...) meski tanpa tambahan penyedap rasa tersebut.  Anak saya bahkan bisa menikmati mie tanpa topping ayam.

     Dan kali ini saya membuat Mie Hijau dengan topping yang menggunakan bumbu berbeda dengan yang pernah diposting sebelumnya.  Dan inilah resep dan cara membuat  Mie Hijau Alami Topping Ayam Kecap yang saya buat :

Resep dan cara membuat Mie Hijau :

Bahan Mie Hijau :
150 gram tepung terigu protein tinggi
50 gram tepung tapioka
2 butir telur ayam
2 sendok makan minyak
2 sendok makan air perasan sawi hijau
1/4 sendok teh garam
Untuk taburan : Tepung terigu protein tinggi

Cara membuat Mie Hijau :
1.  Campurkan semua bahan, aduk hingga kalis.  Diamkan 1 jam, bagi menjadi delapan bagian.
2.  Tipiskan mie menggunakan knob nomor 2, taburi hasil adonan yang telah ditipiskan dengan tepung terigu.
3.  Cetak mie dan taburi kembali dengan tepung terigu protein tinggi.
4.  Jika akan dihidangkan, rebus terlebih dahulu selama kurang lebih 3 menit hingga matang.

Resep dan cara membuat Topping Ayam Kecap :

Bahan :
200 gram fillet ayam, cincang kasar
1 lembar daun salam
1 batang serai
4 sendok makan kecap
2 sendok makan minyak sayur
1 sendok makan minyak wijen
garam (saya gunakan kurang lebih 1/2 sendok teh)
Bumbu halus : 4 butir bawang merah
                      2 siung bawang putih
                      1 ruas jari kunyit tua
                      1 ruas jari jahe
                      1/2 sendok teh merica

Cara membuat Topping Ayam Kecap :
1.  Panaskan minyak, tumis bumbu halus dengan api kecil.
2.  Masukkan ayam, tuang kurang lebih secangkir air.  Masukkan bumbu - bumbu yang lain.
3.  Biarkan hingga air berkurang dan ayam matang.  Angkat.
4.  Bubuhkan di atas mie yang telah direbus saat akan disajikan.

     Warna mienya hanya semburat hijau tipis.  Mungkin karena warna hijau sawinya kurang pekat.  Yah, berarti lain kali jika membuat mie hijau lagi saya harus memilih sawi dengan warna hijau yang tegas.