Ketika mulai menulis chapter gardening ini, niat pertama saya akan mengisinya dengan cerita tentang koleksi pohon buah - buahan yang saya miliki. Sayangnya ketika beberapa bulan lalu saya mulai mengisi kembali blog ini, saya belum lama memangkas pohon buah - buahan yang ada di rumah. Pohon jambu air yang biasanya berbuah lebat saya potong hingga tersisa satu setengah meter saja. Jadi mungkin masih butuh waktu untuk berbuah kembali. Demikan juga pohon rambutan, terakhir hanya disisakan dua dahan, dahan yang mengarah ke atas atap rumah tetangga saya pangkas habis. Sedangkan tanaman lain mungkin karena tidak mendapatkan perlakuan intensif belum ada yang berbuah (kecuali kedondong bangkok mini yang tidak pernah absen berbuah).
Ada yang unik ketika saya bermaksud memangkas bebarapa pohon buah yang dahannya menghalangi lalu lalang orang. Merasa sayang batang hasil pemangkasan dibuang begitu saja, saya terlebih dahulu mencangkok dahan - dahan yang akan dipangkas tersebut. Selain dalam rangka melanjutkan proses belajar tentang pembiakan tanaman dengan cara vegetatif (ciee...), keluarga memiliki sedikit tanah kosong di luar kota yang ditumbuhi gulma setinggi manusia. Ini memang bukan cara mencangkok yang baik, karena seharusnya pada saat akan mencangkok harus dipilih dahan yang sudah pernah berbuah. Tapi karena tujuan menanamnya hanya untuk tujuan penghijauan (dengan sedikit harapan bisa menghasilkan buah juga sih hehe...) ditambah keinginan untuk meningkatkan kemahiran mencangkok, jadi ya saya fikir nothing to loose hehe...
Naaah, jika pada tanaman lain, saya berhasil menumbuhkan akar dari batang tanaman yang dicangkok, maka hal unik terjadi dari pohon belimbing ini, bukannya keluar akar tapi malah keluar banyak bunga di dahan yang pangkalnya dilukai ini. Bunga - bunga ini hanya bermunculan pada satu dahan itu saja seperti nampak pada foto (mudah - mudahan terlihat jelas) yang saya tampilkan di sini.
Karena belum tahu bagaimana merawat bunga belimbing agar bisa berbuah lebat, tak ada perlakuan khusus saya berikan pada pohon belimbing yang sedang berbunga ini. Sebenarnya dulu sebelumnya pohon belimbing ini pernah juga berbunga banyak, sayangnya pada saat buahnya seukuran jempol tangan buahnya berguguran. Jadi sekarang pun saya tak berharap banyak.
Tapi alhamdulillah, meski sebagaian besar bunga dan pentil buah berguguran, tersisa empat buah yang terus bertahan hingga tua meski ukurannya sepertinya belum maksimal. Mudah - mudahan ketidakmaksimalan ini karena merupakan buah perdana (yang sampai matang). Karena ketika saya membeli bibitnya, penjualnya mengatakan jenisnya adalah belimbing Dewi yang katanya buahnya besar - besar. Penjual bibit buah ini memang bukan penjual bersertifikat tapi sudah menjadi langgganan saya sejak belasan tahun silam. Salah satu bibit pertama yang saya beli di tempat ini adalah pohon jambu air yang sering saya ceritakan.
Panjang buahnya setelah dipetik ternyata hanya sekitar sepuluh sentimeter. Rasanya sedikit 'rame', manis, tapi mungkin karena belum matang sempurna rasanya ada sedikit asam dan sepet yang tipis. Tapi menurut saya ini malah membuat rasa belimbingnya lebih enak dan segar.
Tanaman belimbing manis yang memiliki nama latin Averrhoa Carambola ini dalam beberapa publikasi akademis dikatakan memiliki kemampuan menurunkan tekanan darah, namun beberapa informasi mengatakan belimbing ini juga mengandung kadar oksalat yang tinggi hingga tidak baik (memiliki bahaya) bagi orang yang memiliki masalah dengan kondisi kesehatan ginjalnya.
Saya memang belum berhasil mencangkok belimbing kali ini, tapi berhasil membuahkan hingga layak petik. Mungkin salah satu cara merangsang pembuahan pada belimbing ini adalah perlukaan pada batang seperti ini. Ternyata kita benar - benar bisa belajar sesuatu bahkan dari sebuah kegagalan sekalipun bukan?
No comments:
Post a Comment