Tuesday, July 18, 2017

Mudik Menggunakan Layanan Jasa Transportasi Publik Kekinian : Tiket Kereta Api 'Go Show' Dan Taksi Online 'Go Ride'

Oleh : Resna Natamihardja

     Tahun ini kembali kami sekeluarga (bertiga) 'mudik' ke Bandung.  Meski kami 'mudik' dengan arah melawan arus (kecenderungan mudik yang mengarah ke timur) yang prediksinya takkan terlalu macet, kami memutuskan menggunakan layanan transportasi bebas macet yakni kereta.

    Dan karena percaya diri yang didasari keyakinan bahwa mudik arah utama nya adalah ke 'timur', maka kami juga tidak khawatir akan kehabisan tiket.  Jadi kami tidak memesan tiket jauh - jauh hari sebelumnya.  Kami bahkan optimis akan memilih layanan dengan tiket kereta non ekonomi untuk jarak pendek, yakni layanan yang dilabeli dengan nama 'Go Show'.

     Tiket Go Show adalah tiket yang hanya bisa dibeli pada layanan penjualan tiket PT. Kereta Api yang terdapat di dalam stasiun.  Dijual kurang lebih dua jam sebelum waktu keberangkatan.  Saya mengamati ada perubahan harga tiket, menurut perkiraan saya ketika kereta sudah memasuki stasiun Banjar, harga tiket Go Show turun lagi sepuluh ribu rupiah  dari delapan puluh lima ribu rupiah menjadi tujuh puluh lima ribu rupiah (mudah mudahan pengematan saya tidak salah hehe...)

     Optimisme kami terjawab, pada hari yang telah direncanakan, kami mengecek ketersediaan tiket untuk kereta kelas eksekutif, yang Alhamdulillah memang tersedia.  Kami memilih kereta jurusan Surabaya Bandung yang dinamai Argowillis.

     Mungkin karena jadwal pemberangkatan kereta bertambah padat dengan adanya rangkaian kereta khusus angkutan lebaran, kami berangkat dari stasiun Tasikmalaya dengan waktu lebih lambat dari jadwal yang seharusnya.

     Menggunakan kereta kelas eksekutif, yang kami nikmati kali ini bukan hanya sesuai standar layanan kelas eksekutif yang memang seharusnya didapatkan (sesuai kelas yang kami pilih), tapi juga keleluasaan karena banyak kursi yang tidak terisi.  Kami pikir bisa memilih duduk dimana saja.  Setelah melewati pemeriksaan tiket oleh customer service on train (dulu disebut kondektur), saya mengamati banyak kursi yang 'sudah' tidak terisi termasuk kursi di depan kami.  Dan karena hal ini, kami bertiga bisa duduk berhadapan.  Bahkan karena dua tempat duduk di depan kami kosong, putri saya bisa memanfaatkan kedua tempat duduk tersebut sepanjang perjalanan.

     Sepanjang perjalanan kami melihat kepadatan kendaraan memenuhi jalan raya.  Meski begitu, perjalanan kami tidak terhambat karena kemacetan lalu lintas tersebut.  Perjalanan kami lancar sekali sampai tujuan.

     Turun di stasiun kota Bandung,  kami kembali memilih menggunakan layanan jasa transportasi kekinian, yakni jasa layanan transportasi roda empat berbasis online.  Pilihan kami didasari kondisi kami,  untuk sampai ke rumah yang dituju, kami harus berganti angkutan umum hingga tiga kali dan ini merepotkan kami yang harus menenteng barang bawaan yang cukup banyak dan menuntun seorang anak kecil (putri saya berusia 5,5 tahun).

    Alhamdulillah, driver taksi online yang saya dapat sangat ramah dan komunikatif.  Di perjalanan, satu informasi saya dapat, bahwa taksi konvensional yang armadanya bercat biru ternyata menjalin kerjasama dengan provider taksi online yang kami gunakan.  Kami memilih layanan online 'Go Ride' yang merupakan 'saudara kandung' 'Go Jek'.

     Menurut driver 'Go Ride' yang mengantar kami,  jika kami memesan 'Go Ride' bisa saja yang datang adalah taksi konvensional namun tarif yang akan dikenakan tetap tarif yang ditetapkan taksi online.

     Informasi ini ternyata cukup bermanfaat ketika kami pulang ke Tasikmalaya.

     Pada waktunya pulang, suami kembali memesan taksi online, dan yang menjemput adalah taksi konvensional berlogo burung biru seperti yang pernah diceritaka driver taksi online yang mengantar kami sewaktu baru sampai di Bandung.

     Di perjalanan, driver taksi 'Blue Bird' ini bercerita bahwa ia baru saja ditolak oleh seorang pemesan taksi online karena yang datang bukan 'mobil pribadi' seperti yang diinginkannya.  Mungkin si pemesan khawatir akan dikenakan tarif taksi konvensional.

     Menurut Bapak supir taksi ini, bergabung dengan taksi online ini merupakan pilihan yang boleh diambil ataupun tidak oleh supir di perusahaan taksinya.  Namun kebanyakan driver memilih bergabung dengan provider taksi online ini kendati mereka harus mengeluarkan uang untuk membeli smartphone sendiri.

     Sepanjang perjalanan argometer taksi tetap berjalan, dan sebagai emak - emak yang memegang teguh prinsip hemat pangkal kaya hehe...saya mempertanyakan kondisi argometer yang tetap berjalan ini.  Driver nya menjawab kurang lebih bahwa argometer termasuk peralatan yang tidak boleh dimatikan karena itu merupakan sarana yang membuatnya tetap terhubung dengan operator taksi konvensional tempatnya bekerja.

     Dari rumah hingga stasiun, saya mendapati perbedaan mencolok antara argometer dengan tarif yang ditetapkan provider taksi online.  Pada argometer tertera angka lebih dari Rp. 37.000 sementara tarif taksi online yang tertera pada aplikasi provider taksi online hanya Rp. 20.000 (perjalanan kami berlangsung sebelum pemberlakuan tarif batas bawah taksi online yang resmi berlaku mulai 1 Juli 2017).

     Di perjalanan dengan kereta api kelas eksekutif , memanfaatkan tiket Go Show, kami lagi lagi melihat banyak tempat duduk tak berpenumpang.  Jika pada waktu berangkat kami 'berhasil' memanfaatkan keleluasaan menduduki kursi yang tidak berpenumpang yang tersedia karena kereta yang kosong.  Kali ini kami kena tegur costumer service on train yang bertugas dan suami diminta untuk pindah ke tempat duduk yang semestinya, sesuai tiket, meski kursi yang diduduki suami adalah kursi kosong (ketika sampai di stasiun kota Tasikmalaya, kursi tersebut tetap kosong).  Hehe,maaf pak...ternyata tidak boleh ya...kami tidak tahu.

     Mudik dengan angkutan publik ternyata tidak ribet kok, kalau kita memiliki informasi yang memadai tentang cara memanfaatkannya.  Kami tak perlu menghabiskan banyak waktu di jalan karena kemacetan luar biasa.

Tuesday, October 18, 2016

VARIASI MENU SEHAT PRAKTIS UNTUK ANAK BALITA 1

Oleh : Resna Natamihardja

     Melanjutkan cerita tentang pengalaman membuat makanan bayi sendiri saya ingin bercerita tentang pengalaman menyajikan menu balita.  Kendati putri saya sekarang sudah berusia lima tahun, tapi makanan - makanan ini masih sering saya buatkan untuknya dan dia pun masih suka.  Menu harian dengan komposisi karbohidrat, protein , sayur, buah dan susu bisa membantu menjaga kesehatan dan stamina putri saya.  Dan jika komposisi ini ada yang terlewat satu jenis saja (terutama sayur dan buah) putri saya jadi mudah terserang sakit seperti flu.

     Untuk karbohidratnya, untungnya putri saya 'Indonesia Banget', dia terbiasa dengan nasi.  Untuk buahnya, saya biasa menyiapkan setidaknya dua jenis buah untuk seminggu.  Setiap minggu berganti jenis buah, apa saja tak harus mahal, kadang pepaya dengan pisang, bisa juga melon dengan pir atau buah naga dengan jeruk.  Sedangkan sayur dan protein, dengan alasan kepraktisan, saya sajikan dengan dalam satu jenis masakan.  Dan inilah contoh menu seminggu untuk Balita yang biasa saya buat di rumah.  Mudah - mudahan bisa memberi inspirasi variasi menu balita bagi ibu - ibu yang sedang mencari ide untuk menyajikan menu variatif untuk balitanya.

1.  TUMIS LABU DENGAN AYAM

Bahan :
1/2 buah labu ukuran besar
100 gram fillet ayam
3 siung bawang putih
2 butir bawang merah
1 ruas jari jahe
garam
gula
2 sendok makan minyak untuk menumis
1 cangkir air

Cara membuat :
1.  Iris labu berbentuk persegi panjang kecil (ukuran mudah disuapkan untuk anak), cincang kasar fillet ayam, bawang merah dan bawang putih dan cincang halus, jahe dikupas dan digeprek.
2.  Panaskan minyak tumis bawang merah dan bawang putih, masukkan ayam cincang, jahe, garam dan gula, tuang air, biarkan hingga empuk, masukkan labu siam.  
3.  Cicipi rasanya dan sempurnakan garam dan gulanya, masak hingga semua bahan matang sempurna.

2.  SAYUR TAUGE TAHU DENGAN DAGING SAPI

Bahan : 
50 gram tauge
2 buah tahu
100 gram daging sapi
2 siung bawang putih
2 butir bawang merah
2 batang seledri
1 ruas jari jahe
garam
gula
1 liter air

Cara membuat :
1.  Tahu dipotong kotak dan goreng, bawang merah dan bawang putih iris tipis dan goreng, seledri iris sedang, jahe kupas dan geprek.
2.  Rebus air dan masukkan daging sapi, jahe, garam dan gula sampai daging sapi matang kemudian potong kotak, masukkan kembali bersama tahu, tauge, bawang putih dan bawang merah goreng dan seledri.
3.  Cicipi rasanya dan sempurnakan garam dan gulanya, masak sampai semua bahan matang sempurna.

3.  TUMIS TAUGE WORTEL DAN TELUR BEBEK

Bahan :
50 gram tauge
1 batang wortel
2 butir telur bebek
3 siung bawang putih
2 butir bawang merah
1 ruas jari jahe
garam
gula
2 sendok makan minyak goreng
1/4 cangkir air

Cara membuat :
1.  Wortel iris sebesar korek api, bawang putih dan bawang merah cincang halus, jahe kupas dan geprek.
2.  Panaskan minyak, tumis bawang putih dan bawang merah, masukkan telur, aduk rata, masukkan air, jahe, wortel, tauge, garam dan gula.
3.  Cicipi rasanya dan sempurnakan gula dan garamnya, masak sampai semua bahan matang dan airnya mengering..

* )  Dalam hal penggunaan telur bebek, hal yang perlu diantisipasi adalah telur bebek yang mendapat pakan tertentu seperti bekicot akan memiliki bau amis yang lebih kuat, jika khawatir dengan telur bebek yang berbau amis lebih baik menggunakan telur ayam saja.
**) Untuk mengurangi bau amis telur, masak telur sampai benar - benar matang dan kering.

4.  TUMIS BROKOLI WORTEL DENGAN UDANG

Bahan :
3 kuntum brokoli
1 batang wortel
12 buah udang peci/vanamae ukuran standar
3 siung bawang putih
2 butir bawang merah
1 batang seledri
1 ruas jari jahe
garam
gula 
2 sendok makan minyak
1 cangkir air

Cara membuat :
1.  Brokoli potong - potong kecil (ukuran mudah disuapkan), wortel potong persegi tipis, udang kupas, bawang putih dan bawang merah cincang halus, jahe kupas dan geprek, seledri iris kasar.
2.  Panaskan minyak, masukkan bawang merah dan bawang putih sampai harum, masukkan semua bahan lainnya.
3.  Cicipi rasanya dan sempurnakan garam gan gulanya, masak sampai semua bahan matang.

5.  SAYUR KACANG GARUT DENGAN DAGING SAPI


Bahan :
100 gram kacang garut (atau ada juga yang menyebut  kacang endul)
100 gram daging sapi
3 butir bawang merah
1 siung bawang putih
1 ruas jari jahe
1 butir asam jawa
1 batang serai
1 lembar salam
1 iris lengkuas
seujung sendok teh terasi
garam
gula

Cara membuat :
1.  Bawang merah dan bawang putih diiris halus, jahe kupas dan geprek
1.  Rebus kacang garut hingga empuk, buang airnya.
2.  Rebus daging sapi dengan jahe, garam dan gula sampai matang, potong daging sapi bentuk kotak.
3.  Masukkan semua bahan lain, cicipi rasanya dan sempurnakan rasanya, masak hingga mendidih.

6.  SAYUR ASAM


Bahan :
1/4 buah labu siam besar
4 batang kacang panjang
1 buah jagung
sesendok teh kacang tanah
3 butir bawang merah
1 siung bawang putih
1 butir asam jawa
1 batang serai
1 lembar salam
1 iris lengkuas
seujung sendok teh terasi
garam
gula

Cara membuat :
1.  Labu siam potong kotak, kacang panjang dipotong 2 cm (ukuran mudah disuapkan), jagung potong 1 cm, bawang merah dan bawang putih iris halus.
2.  Rebus air, masukkan bawang merah, bawang putih, salam, serai, lengkuas, kacang tanah dan jagung, biarkan hingga kacang dan jagung matang, masukkan labu dan kacang panjang, masak hingga setengah matang, masukkan garam, gula dan terasi.
3.  Cicipi rasanya dan sempurnakan garam dan gulanya, masak sampai semua bahan matang dan empuk.

7. SUP SAYURAN DENGAN DAGING SAPI

Bahan :
1 batang wortel
3 batang daun sawi hijau
3 kuntum kembang kol
100 gram daging sapi
3 siung bawang putih
3 siung bawang merah
1 ruas jari jahe 
2 batang seledri

1.  Wortel dipotong bulat, sawi hijau potong 2 cm, kembang kol dipotong (ukuran semuanya dibuat mudah suap).  Iris tipis bawang putih dan bawang merah, kupas dan geprek jahe, ikat seledri.
2.  Rebus daging sapi, jahe, garam dan gula hingga daging matang, potong kotak.
3.  Masukkan seledri dan wortel hingga setengah matang, masukkan kembang kol dan sawi hijau.
4.  Cicipi rasanya dan sempurnakan garam dan gulanya, masak sampai semua bahan matang.

     Karena putri saya sekolah sampai lebih dari pukul duabelas siang dan mendapat makan siang dengan menu catering yang disediakan sekolah, masakan ini hanya untuk dua kali makan yakni pagi dan sore saja..  Untuk selingan pagi di sekolah biasanya saya bekali dengan snack siap santap dan susu sedang untuk selingan sore di rumah biasanya saya berikan buah dan susu.  
     

Saturday, October 15, 2016

MEMBUAT PUDING COKELAT SEDERHANA DAN MUDAH

Oleh : Resna Natamihardja

      Agar - agar merupakan makanan yang terkenal sebagai makanan kaya serat.  Untuk menyajikan agar - agar supaya tak menjadi makanan membosankan di rumah saya biasanya mengeksplorasi resep agar bisa menyajikan dengan lebih bervariasi.

     Kali ini saya membuat Puding Cokelat.  Puding Cokelat ini bukanlah makanan yang populer saat ini, resepnya sudah dikenal sejak lama dengan berbagai komposisi dan jenis bahan.  Yang saya catat di sini adalah Puding Cokelat dengan resep yang sangat simpel, sederhana dan mudah dipraktekkan siapa saja.

     Dan berikut resep dan cara membuat Puding Cokelat yang saya praktekan kali ini :

Bahan :
1 bungkus agar - agar
150 gram gula pasir
2 sachet susu kental manis cokelat
2 sendok teh penuh maizena
2 sendok teh cokelat bubuk
650 ml air 





Cara membuat :
1.  Campurkan semua bahan, aduk terlebih dahulu hingga rata.
2.  Panaskan hingga adonan meletup - letup.
3.  Basahi cetakan dengan air untuk memudahkan puding keluar dari cetakan.
4.  Tuangkan adonan puding ke dalam cetakan, bekukan.  Setelah beku bisa dimasukkan ke lemari pendingin/chiller.

     Penambahan maizena ke dalam bahan puding bukan saja akan membuat puding menjadi lebih lembut namun juga membuat warna puding lebih merata.  Adanya jenis bahan seperti santan atau susu jika dimasukkan sebagai bahan adonan puding akan membuat sebagian puding berbeda warna, bagian yang lebih putih terkumpul di satu sisi (mengapung di bagian atas puding).

     Puding Cokelat ini bisa dimakan langsung atau bisa disajikan dengan tambahan vla atau susu kental manis agar tampilannya lebih cantik.  Jika akan disajikan dengan vla atau susu kental manis sebagai sausnya maka jumlah gulanya dikurangi menjadi 100 gram, tapi jika tidak mau ribet maka resep di atas rasanya sudah manis (menurut saya hehe...)


Sunday, October 9, 2016

MEMBUAT MAKANAN BAYI HOMEMADE

Oleh : Resna Natamihardja

     Melanjutkan catatan tentang jenis - jenis bahan pangan untuk makanan bayi berdasarkan umur, kali ini saya akan bercerita tentang pengalaman membuat makanan bayi sendiri.  

     Untuk yang ingin mengetahui bahan pangan untuk makanan bayi sesuai usia yang saya pergunakan silakan baca  BAHAN PANGAN UNTUK MEMBUAT MAKANAN BAYI

     Di catatan ini saya tidak akan menuliskan secara mendetail resep makanan bayi homemade tapi catatan tentang cara pembuatan  makanan bayi homemade yang saya lakukan dulu.

     Saya memulai pengenalan makanan padat untuk bayi di usia enam bulan.  Mulai dengan bubur halus yang sangat cair berbahan beras putih organik.  Saya tidak menggunakan tepung sebagai bahan dasarnya melainkan beras utuh.

     Saya mengawali dengan dua sendok beras untuk 3 kali makan ditambah air (saya lupa takaran persisnya), diletakkan dalam mug stainless steel tertutup, dimasak dalam panci yang berisi air.  Ada sedikit cerita, pernah sekali waktu, saya memasukkan air perebus terlalu banyak sehingga bubur yang ada dalam stainless steel terbalik dan tumpah dalam panci sehingga pembuatannya diulang.

     Dua minggu saya coba mengenalkan bubur bayi berbahan beras dengan tekstur sangat halus dan cair yang dimasak dengan cara ditim dan dihaluskan dengan blender.  Saya mempersiapkan blender untuk makanan bayi dengan membeli blender yang tabungnya terbuat dari kaca, ditempeli stiker food grade  dan tidak dipergunakan untuk makanan lain.  Setelah lewat dua minggu, saya ingin menambahkan dengan sayuran dan terjadilah 'kisah sedih' yang saya pernah ceritakan hehe... saya mulai dengan sekuntum brokoli (kurang lebih sesendok makan) dan itu menyebabkan perut putri saya kembung.  Akhirnya saya mundur kembali ke bubur beras halus selama dua hari sambil browsing mencari bahan makanan untuk bayi sesuai tahapan usia.

 Setelah menemukan chart pemberian makanan untuk bayi sesuai umur di wholesomebabyfood.momtastic.com akhirnya saya memperbaiki kekeliruan dan memulai pengenalan sayuran dengan wortel dengan jumlah awal yang lebih sedikit terlebih dahulu (hanya satu sendok teh parutan wortel) dan ditambahkan secara bertahap.  Wortel tidak membuat kembung namun membuat pup bayi menjadi agak keras.

     Lazimnya bubur bayi memang menggunakan wortel, namun tertarik dengan penjelasan salah satu artikel di wholesomebabyfood.momtastic.com yang mengatakan bahwa sweet potatoes (ubi jalar yang disana ditunjukkan dalam gambarnya yang berwarna merah) adalah makanan yang sangat baik untuk bayi.  Saya memasukkannnya sebagai substitut wortel.  Ibu saya mengatakan bahwa makanan bayi jarang dipergunakan untuk makanan bayi karena alasan tertentu.  Tapi ketika saya memberikan ubi merah untuk putri saya (dengan takaran yang sama dengan wortel) tak ada masalah yang terjadi pada putri saya.  Hanya saja warning dari ibu membuat saya tidak terlalu sering memberikan ubi jalar untuk putri saya.

     Saya punya cerita unik tentang wortel dan keponakan saya.  Dulu jari tangan dan jari kaki keponakan sempat menguning hingga membuat kami semua sangat khawatir dia sakit meski dia kelihatan baik - baik saja.  Ketika orangtua nya membawa ke dokter, dokter mendiagnosa itu karena konsumsi wortel berlebih dan dokter menyuruh menghentikan dulu penambahan wortel dalam makanan keponakan saya.  Dan ternyata diagnosa dokter bebar, jari -jari keponakan menguning karena konsumsi wortel berlebih, setelah dihentikan sementara waktu kondisi tangan dan kaki keponakan saya berangsur pulih seperti semula.  Mungkin lebih tepatnya karena konsumsi beta karoten berlebih ya...

     Banyak ibu bekerja memilih menggunakan makanan bayi buatan pabrik dalam pengenalan makanan padat untuk putra - putrinya dengan alasan kepraktisan.  Tapi sebenarnya selain bisa memilih bahan sesuai keinginan, pembuatan makanan bayi tidak serumit yang diduga.

       Untuk membuat bubur, beras dan air ditim kurang lebih 45 menit, angkat, dinginkan, haluskan dengan blender dan panaskan kembali kurang lebih 15 menit.  

      Jika ke dalam bubur akan ditambahkan kaldu dan protein hewani, buatlah kaldu dengan cara merebus daging ayam atau ikan dalam air dengan api sangat kecil, rebus sampai daging ayam atau ikan matang.  Untuk menyiasati waktu, saya biasanya membuat kaldu di akhir pekan kemudian dikemas untuk satu kali memasak.  Saya biasa menyimpan dalam plastik beberapa sendok kaldu dan sepotong daging ayam atau ikan (saya mengawali dengan 50 gram untuk 3 kali makan).

     Sehingga protein apapun yang dipergunakan dalam pembuatan makanan bayi biasanya dimasukkan bersamaan dengan sayuran.  Beras ditim terlebih dahulu selama 30 menit, kemudian masukkan daging ayam atau ikan matang bersama kaldunya dan sayuran selama 15 menit, angkat, diamkan sampai dingin, lalu haluskan dengan blender sesuai kehalusan yang diinginkan dan panaskan kembali selama 15 menit.  Dan setiap akan disajikan dihangatkan terlebih dahulu.

     Volume pemberian makanan padat akan bertambah seiring bertambahnya usia bayi.  Makanan padat di awal semester kedua ini akan menjembatani bayi hingga menjadi anak yang siap makan dengan 'makanan keluarga'.

   Awalnya bubur bayi yang saya buat bertekstur sangat halus dan cair.  Perlahan saya tambah kekentalannya.  Kemudian tingkat kehalusannya dikurangi seiring kesiapan bayi hingga akhirnya tim bayi dibuat dengan beras utuh dengan tambahan cincangan halus sayuran dan protein hewani.  Selanjutnya bertahap mulai dipisahkan nasi tim dengan sayurnya.  Sayur ini awalnya dibuat dengan potongan halus. dan bertahap cincangan sayurnya dibuat lebih besar.

     Jika terlibat dari awal dalam pembuatan makanan bayi, kita akan bisa membuat makanan bayi dengan volume yang tepat, meningkat seiring usia bayi.  Saya sendiri tidak terlalu berpatokan pada resep makanan bayi yang banyak ditulis.  Saya paling nyontek campuran bahannya saja.

     Setiap anak dalah unik.  Ada beberapa anak yang sudah siap dengan tim beras utuh di usia satu tahun.  Tapi saya mendengar cerita beberapa teman yang anaknya sudah berusia hampir satu setengah tahun masih harus makan dengan tim lunak itupun masih harus diblender hingga setengah hancur.  

     Tapi sebagai ilustrasi saya dulu biasanya membuat tim bayi dengan bahan seperti ini:

Beras Merah
Tepung Kacang Kedelai
Brokoli
Kaldu dan daging ikan gurame

atau seperti ini :

Beras Putih
Tepung Kacang Hijau (Mung Bean)
Wortel
Kaldu dan daging ayam

     Saya sangat merekomendasikan para ibu untuk memberikan makanan bayi buatan sendiri di rumah.  Makanan bayi rumahan berdasar pengalaman saya memudahkan kita memberikan makanan sehat di usia selanjutnya untuk putra - putri kita.  Dulu sebelum usia dua tahun, sangat mudah bagi saya memberikan sayuran atau buah apapun untuk putri saya, sekarang setelah umurnya lima tahun dan dia mulai mengenal banyak makanan 'enak' saya kadang agak kesulitan mengenalkan makanan terutama makanan baru untuknya.  Yah, tergantung 'kebijakan' ibu - ibu untuk menjejalkan makanan baru yang dianggap bagus untuk tumbuh kembang anak.  Dengan bujukan, reward atau penjelasan tentang akibat jika tidak makan dengan gizi seimbang.

     Tapi seringnya penolakan ini terjadi hanya pada saat awal pengenalan sebelum mencoba, setelah dicoba kadang putri saya malah jadi suka sekali.  Jadi kesulitannya malah pada saat membuatnya mau mencoba mencicipi.

     Mungkin lebih bagus jika sebanyak mungkin sayur dan buah dikenalkan sebelum usia dua tahun.  Saya punya cerita yang mungkin akan terdengar 'aneh' untuk ibu - ibu lain.  Putri saya baru dikenalkan dengan anggur setelah umur 2 tahun.  Dan karena tidak biasa, awalnya dia menolak makan anggur (import) yang mungkin menjadi kesukaan anak lain.  Kekhawatiran saya yang berlebihan tentang 'handle' buah import membuat anak saya sampai sekarang kurang suka anggur (padahal buah lokal juga jarang yang pesticide free ya?heu...) 

Thursday, October 6, 2016

BAHAN PANGAN UNTUK MEMBUAT MAKANAN BAYI

Oleh : Resna Natamihardja

     Suatu hari seorang teman yang memiliki putra yang masih bayi bertanya bagaimana saya pertama kali mengenalkan makanan padat pada putri saya.  Dan dengan yakin saya menjawab bahwa sampai usia tigabelas bulan putri saya setiap hari hanya mendapatkan makanan padat secara bertahap mulai dari bubur cair hingga nasi tim buatan sendiri di rumah.

     Makanan bayi yang saya buat berbahan makanan organik dan tanpa rasa.  Karena putri saya adalah anak pertama (dan sepertinya hanya akan menjadi satu - satunya putri saya hehe...) saya waktu itu belum punya pengetahuan cukup sehingga di awal pemberian makanan bayi (umur enam bulan) saya pernah melakukan kesalahan, setelah dua minggu memberikan bubur halus dan encer berbahan beras putih, saya memasukkan sekuntum brokoli yang diblender bersama bubur beras halus encer tersebut.  Alhasil perut putri saya langsung kembung (duh, maafkan mama ya nak...)

     Dari kesalahan itu saya mulai browsing mencari bahan pangan untuk makanan bayi yang pas untuk usianya.  Saya menemukan salah satu artikel di wholesomebabyfood.momtastic.com yang berisi chart makanan sesuai usia bayi.
 

     Bahan makanan yang tercantum di sana banyak yang asing untuk saya.  Tapi beberapa bukan makanan yang asing di Indonesia, dan saya pun hanya memilih yang mudah di dapat di sekitar tempat tinggal saya saja.

     Berikut bahan pangan yang saya pernah gunakan dalam pembuatan makanan bayi padat untuk putri saya berdasar tahap usia nya.

1.  Bulan ke enam sampai dengan delapan (6,7,8 bulan)
Putri saya dikenalkan dengan makanan bayi cair halus berbahan beras putih dan secara bertahap ditambah sayuran wortel atau ubi jalar merah dan protein hewani dari ayam.  Sedangkan untuk buahnya saya hanya memilih alpukat dan pisang.  Meski sayuran seperti kacang polong atau buah - buahan seperti apel dan pir dikatakan sudah boleh diberikan pada usia teresebut tapi saya tidak memilihkan sayuran dan buah - buahan tersebut pada putri saya.

2.  Bulan ke delapan sampai dengan sepuluh (8,9,10 bulan)
Bahan pangan yang dikenalkan di usia ini bertambah dengan beras merah, sayurannya bertambah dengan brokoli dan kembang kol, mulai dikenalkan juga protein nabati berupa kacang - kacangan, buah - buahannya saya tambah dengan pengenalan pepaya, sedangkan protein hewaninya saya tambah dengan ikan air tawar (saya pilih ikan gurame yang tebal dagingnya).  Meski protein hewani daging sapi dan telur ayam sudah dibolehkan pada usia ini tapi saya belum memberikannya pada putri saya.

3.  Bulan ke sepuluh sampai dengan duabelas (10,11,12 bulan)
Di usia ini saya semakin leluasa mengeksplorasi jenis - jenis bahan makanan, sayuran sampai labu siam dan terong ungu pun saya masukkan, protein hewaninya bertambah dengan telur dan daging sapi, buahnya bertambah dengan jus jeruk.

     Saya memberikan bahan makanan dengan jenis yang lebih terbatas karena saya menambahkan kriteria lain untuk pilihan jenis makanannya yakni lokal dan organik.  Mungkin sedikit berlebihan kekhawatiran saya tentang produk import.  Saya juga melakukan penundaan pemberian beberapa jenis protein hewani  seperti telur atau ikan laut (seafood) karena antisipasi (yang mungkin juga sedikit berlebihan) dari kemungkinan menyebabkan alergi. 

     Saya bersyukur selama periode enam bulan tahapan awal pengenalan makanan padat untuk putri saya, sayuran organik yang saya inginkan seperti wortel, brokoli, kembang kol sampai terong ungu supply nya konstan ke supermarket langganan saya, karena sekarang saya sulit menemukan jenis sayuran tersebut dengan label organik di kemasannya.

     Untuk beras putih dan beras merah dulu saya menggunakan produk 'Mentariku', adapun untuk kacang - kacangan saya  biasanya menggunakan yang sudah berbentuk tepung (pilihan saya tepung kacang hijau, kacang kedelai, kacang merah) produk 'Gasol',  sedang untuk sayurannnya saya dulu memakai produk 'Cisondari'.

     Mengenai jenis protein hewani, karena di supermarket tidak terdapat produk berlabel organik, saya memilih ayam kampung yang di Pasar Cikurubuk Kota Tasikmalaya banyak dijual dalam kondisi hidup, dipotong dan dibersihkan di depan pembeli.  Seorang famili mengatakan sekarang ini jarang ayam yang sepenuhnya organik, tapi setidaknya menurut seorang peternak biasanya ayam kampung yang sengaja diternakkan sekalipun hanya mendapat pakan produksi pabrik selama empat bulan pertama selanjutnya mendapat pakan alami.  Namun selama periode pemeliharaan ayam tersebut mungkin tetap mendapatkan obat - obatan.  Tapi yah, hanya itu pilihan yang ada, setidaknya masih agak 'mending' dibanding membeli ayam bukan ras (broiler).  Demikian pula dalam pemilihan ikan gurame, saya berusaha mencari yang alami meski sulit dan tidak selalu dapat.  Hmm...saya cuma bisa memaksimalkan ikhtiar.

     Catatan penting dalam pembuatan makanan bayi adalah saya tidak pernah menambahkan penambah rasa apapun jenisnya baik manis dari gula maupun asin dari garam.  Jadi anak saya hanya mengenal rasa asli makanan, manis dari wortel, gurih dari ayam atau ikan dan lain - lain.  Beberapa famili kelihatan 'kasihan' dengan putri saya yang makanannya tanpa rasa hehe....tapi saya yakin pilihan saya benar.

     Saya baru menambahkan rasa asin di umur ke tiga belas bulan karena saya tidak bisa menemukan unsalted cheddar cheese.  Karenanya mau tidak mau anak saya akhirnya untuk pertama kali mengenal rasa asin.

     Saya rasa pilihan makanan padat tanpa rasa di awal pengenalan makanan untuk putri saya justru memudahkan saya untuk tetap bisa menjejalkan makanan buatan rumah tanpa tambahan penyedap hingga sekarang.  Meski mungkin karena bosan ada beberapa makanana yang awalnya merupakan makanan favoritnya (seperti alpukat) sekarang dia sedang tidak doyan.  Tapi beberapa sayuran baru yang bagi sebagian anak lain mungkin sulit diterima (seperti oyong) dia malah suka.  Meski sekarang dia kadang memilih karena rasa bosan tapi masih banyak sayuran atau buah - buahan lain yang bisa menjadi alternatif untuk saya memberikan makanan bergizi baik untuknya.  Sekarang ini saya juga sudah tidak lagi membatasi keharusan organik untuk bahan makanan putri saya, asalakan dicuci bersih di air mengalir saya merasa sudah cukup 'aman'. 

Monday, October 3, 2016

MEMBUAT APEM MEKAR KUE TRADISIONAL 'ASLI' TANPA PENGEMBANG

Oleh : Resna Natamihardja

     Kue apem adalah salah satu penganan jajan pasar yang proses pembuatannya melalui proses fermentasi.  Karena kue ini termasuk snack tradisional dan banyak dibuat sebagai snack pada acara hajatan di pedesaan saya yakin zaman dahulu pembuatannya tidak menggunakan pengembang kimia.  Kue apem terkenal juga dengan sebutan kue mangkok.

     Bagi saya sekarang (setelah putri saya dirasa sudah 'aman' mengkonsumsi makanan dengan food additive) membuat makanan tanpa food additive tetap menjadi tantangan mengasyikan.

     Setelah membuka - buka berbagai resep pembuatan kue apem dari berbagai terbitan mulai buku, majalah, koran 'jadoel' sampai yang terkini tak juga menemukan resep tanpa food additive, rata - rata menggunakan penegmbang, jika bukan gist, instant yeast (seperti fermipan) maka akan ada baking powder atau baking soda sebagai gantinya.   

     Saya teringat bahwa saya juga memiliki buku catatan resep yang diantaranya saya dapat dari ibu - ibu tetangga yang jago masak dan family yang sekarang bahkan sudah almarhum.  Saya  buka - buka buku yang sudah mulai bolong - bolong dimakan rayap (saya mulai 'merintis' catatan resep ini sejak SMP, hampir tiga puluh tahun yang lalu).  Dan... ternyata ada resep kue apem yang tidak menggunakan pengembang di sana.  Wah, senangnya, meski saya tidak tahu resep tersebut saya dapat dari mana.

     Langsung saya praktekan resep tersebut dan inilah pengalaman saya sewaktu membuat kue apem :

Bahan :
175 gram tepung beras
125 gram tape singkong yang sudah lembek sepenuhnya
125 gram gula pasir
1/2 gelas (kurang lebih 125 ml) air hangat
1/2 gelas (kurang lebih 125 ml) santan dari 1/4 butir kelapa tua


Cara membuat :
1.  Tepung beras, tape singkong, gula dan air hangat diuleni hingga kalis.
2.  Diamkan semalam untuk fermentasi tahap pertama (saya 15 jam)
3.  Hangatkan santan masukkan dalam adonan hasil fermentasi tahap pertama, diamkan lagi 2 jam untuk fermentasi tahap kedua)
4.  Panaskan kukusan hingga berasap.  Olesi cetakan dengan sedikit minyak.
5.  Kukus dengan api besar hingga matang (saya kurang lebih 20 menit).

Catatan : adonan ini menghasilkan kurang lebih 12 buah apem.

      Untuk menambahkan aroma wangi ke dalam air kukusan bisa ditambahkan beberapa lembar daun pandan.

     Kue tradisional dengan proses fermentasi tanpa pengembang kimia memang membutuhkan waktu lama untuk membuatnya.  Tapi tak terasa berat juga kok, karena selama menunggu adonannya mengembang kita tak perlu melakukan apa - apa selain menunggu.  (bahkan saya fikir selama ke dalam adonan tidak ditambahkan bahan yang cepat basi seperti santan atau telur mentah mendiamkannya lebih lama dalam fermentasi tahap pertama tidak masalah).   

     Meski tanpa pengembang, kue apem ini bisa merekah.  Ada satu hal yang ingin saya ceritakan bahwa pada pengukusan pertama saya mengikuti resep sesuai catatan aslinya yang tidak mengharuskan adanya fermentasi tahap kedua, hasilnya kue apem tidak merekah.  Saya fikir penyebabnya mungkin karena setelah penambahan santan tidak dilakukan fermentasi kembali.  Teringat bahwa dalam pembuatan donat atau roti juga dilakukan dua kali fermentasi maka adonan saya diamkan kembali selama 2 jam sebelum dikukus dan hasilnya alhamdulillah kue apemnya merekah.  Saya rasa siapapun yang memberikan resep ini pada saya dulu resep ini berasal dari resep asli tradisional  turun temurun karena tidak ada bahan kimia dalam komposisi bahannya yang dulu tidak mudah ditemukan di pedesaan.

Saturday, October 1, 2016

TANAMAN PAGAR YANG BISA DIJADIKAN LALAPAN MATANG

Oleh : Resna Natamihardja

     Jauh sebelum pemerintah gencar mensosialisasikan program ketahanan pangan, masyarakat zaman dulu terutama di pedesaan Jawa Barat tanpa disadari sudah menerapkan salah satu bentuk kearifan setempat dengan menanam tanaman - tanaman layak konsumsi dengan multifungsi.  Dengan bentuk daun yang cukup menarik, tanaman ini sekaligus dijadikan tanaman hias (tanaman pagar).

     Kebutuhan serat pangan orang Sunda zaman dulu banyak dipenuhi dengan kebiasaan makan nasi ditemani lalap dan sambal.  Lalap ini ada yang dimakan mentah adapula yang dimakan matang.

     Bagi yang ingin mengetahui jenis - jenis lalapan mentah yang sering dikonsumsi masyarakat di Jawa Barat  silakan baca JENIS - JENIS LALAPAN DAUN DIMAKAN MENTAH KHAS SUNDA

     Teringat candaan seorang teman semasa menyelesaikan pendidikan di sebuah kota di Jawa Tengah sekitar duapuluh tahunan silam.

     " Teh, katanya enak ya punya istri orang Sunda, kalau kita gak punya makanan, tinggal lepas aja di kebun, beres.  Sukanya kan makan daun - daunan."

     Saya hanya menanggapi dengan senyum, meski dalam hati menjawab, " Iya mas, kalau istrinya kambing..." Hehe...

     Orang Sunda sangat identik dengan lalapan.  Saya bahkan punya pengalaman unik sewaktu menghabiskan liburan akhir tahun ajaran di masa taman kanak - kanak atau sekolah dasar dulu.  Pernah sekali waktu disuguhi seorang pekerja di kebun kakek masakan urap berbahan sangat tak biasa yakni pucuk daun karet.  Ya, urap daun karet...

     Tapi kali ini saya tidak akan bercerita tentang daun karet, saya ingin bercerita tentang daun - daun yang terutama dulu banyak ditanam di halaman rumah sebagai pagar pembatas halaman rumah dan tanaman tersebut sekaligus bisa dijadikan bahan pangan.

     Dan inilah tanaman daun - daunan yang layak konsumsi dan banyak ditanam di halaman rumah sebagai tanaman pagar.  Daun - daun ini dijadikan santapan setelah melalui proses perebusan atau pengukusan.


1.  Tanaman daun mangkokan
     Tanaman ini cukup populer karena bentuknya yang unik dan aromanya khas, yang juga konon berkhasiat menghilangkan bau badan.
     Lebih jauh tentang daun mangkokan silakan baca DAUN MANGKOKAN : TANAMAN PAGAR ZAMAN DULU







2.  Tanaman daun suring
     Bentuk tanaman ini mirip dengan daun mangkokan namun berdaun kecil - kecil, aromanya juga hampir sama dengan daun mangkokan.  Sewaktu browsing mencari informasi tentang daun suring, yang ditemukan adalah sebutan daun suring untuk tanaman yang dikenal juga dengan sebutan kenikir.  Di daerah sekitar saya tanaman kenikir disebut juga dengan nama randamidang.  Saya tida bisa memastikan nama apa yang benar untuk tanaman ini, yang pasti sebagaimana seperti halnya daun mangkokan daun tanaman ini banyak dikonsumsi sebagai lalapan.




3.  Tanaman daun imba
     Sebelum menulis tentang daun ini, saya coba browsing mencari informasi tantang daun imba, namun yang muncul adalah informasi tentang daun mimba yang berbeda jenis dengan daun imba yang ingin saya ceritakan.  Tanaman daun imba yang saya kenal sejak kecil adalah tanaman daun yang saya tampilkan di sini.  Bentuk daunnya menjari dan aromanya mirip dengan daun mangkokan.










4.  Tanaman daun kakadongdongan
     Daun ini mirip dengan tanaman daun imba dari bentuk batang dan aromanya, hanya berbeda bentuk daunnya saja, daun kakadondongan berbentuk oval mengeriting di bagian pinggiran daunnya.














5.  Tanaman daun caya - caya
     Tanaman yang sedang populer sebagai lalapan pada saat sekarang ini.   Tanaman yang memiliki daun mirip daun dari tanaman jarak ini banyak dijadikan lalap bahkan dimasak menjadi urap atau gulai.














6.  Tanaman Randamidang
     Atau dikenal juga dengan sebutan daun kenikir.  Tanaman ini cukup populer, memiliki aroma khas dan bunga yang cantik.  Tanaman dengan penamaan Sunda yang sangat unik, karena dalam bahasa Sunda randa midang berarti kurang lebih 'janda yang bersolek' hehe...