Wednesday, September 14, 2016

MENDOAN : VARIAN GORENGAN TEMPE PALING POPULER

Oleh : Resna Natamihardja

     Menyambung posting tentang gorengan tempe yang kalah popularitasnya dibanding mendoan yakni cipe.  Kali ini saya ingin memunculkan resep mendoan untuk memperlihatkan perbedaan cipe dengan mendoan.  Beda yang paling jelas terdapat pada penggunaan bumbu aromatik yang lebih kuat.  Adanya kencur yang menjadi ciri khas aroma mendoan selain penggunaan bawang putih yang dominan.  Selain itu bentuk mendoan dengan tempe tipis lebar yang terselimuti adonan tepung, sementara pada cipe tempenya hanya menempati kurang lebih seperempat luas cipe sisanya tepung (sepertinya saya juga sering membuat cipe dengan bentuk yang menyalahi 'aturan' hehe...).


     Resep mendoan ini pertama kali saya dapat dari edisi cetak sebuah tabloid wanita yang terbit bertahun - tahun lalu.  Saya tidak bisa merinci nama tabloid dan tahun terbitnya karena klipping tersebut saya buat tanpa menyertakan data terbitannya.  Saya juga menambahkan bumbu lalin seperti kemiri berdasar informasi dari seorang ibu penjual mendoan.  Ibu ini tentu saja tidak menjelaskan secara rinci rahasia dapurnya tapi hanya menyebutkan jenis bumbu yang dipergunakannya saja dan salah satu yang disebutkannya adalah kemiri yang tidak tercantum dalam resep mendoan di tabloid tersebut. 

     Perpaduan resep dan cara membuat dari tabloid ditambah informasi dari ibu penjual mendoan inilah yang saya gunakan untuk menyajikan mendoan di rumah.  Inilah resep dan cara membuat mendoan yang dibuat di rumah :

Bahan :
100 gram tepung terigu serbaguna
25 gram tepung beras
200 ml air
1 batang daun bawang, iris halus
6 iris tempe tempe, kurang lebih ukuran 5 x 5 x 1/2 cm 
garam (saya gunakan 1/3 sendok teh garam)
gula pasir (saya gunakan seujung sendok teh sebagai pengganti kaldu bubuk/penyedap)
Bumbu halus :  2 siung bawang putih
                       seujung sendok teh ketumbar
                       1 ruas jari kencur
                       2 butir kemiri

Cara  membuat :
 1.  Campurkan bumbu halus dengan semua bahan lain kecuali tempe.  Cicipi rasanya, sempurnakan garam dan gulanya jika dirasa kurang.  
2.  Celupkan tempe ke dalam adonan tepung.
2.   Panaskan minyak,  goreng  sampai tempe dan adonan tepungnya matang tapi tidak sampai kering (saya biasa menggoreng dengan api kecil agar mendoan matang merata).    


     Di resep yang terdapat dalam tabloid menggunakan kaldu bubuk sebagai penyedap tapi dalam pembuatan mendoan di rumah saya jarang membubuhkan penyedap ke dalam adonan pencelupnya.

    Mendoan ini enaknya disajikan hangat - hangat karena semakin lama disajikan sejak diangkat dari penggorengan rasanya akan menjadi 'gaaleun' (hemm...apa ya padanan kata 'gaaleun dalam bahasa Indonesia...pokoknya mengeras begitu deh...)

    Mendoan ini enak dimakan sebagai tambahan menu nasi pecel atau bisa juga untuk sarapan bersama dengan lontong (saya biasanya menyajikan untuk suguhan, cipe atau mendoan dengan buras yakni sejenis lontong yang dibuat dengan bentuk khusus dan pembuatannya menggunakan santan atau parutan kelapa muda).

Tuesday, September 13, 2016

HOREE...AKHIRNYA 'PANEN' BELIMBING JUGA

Oleh : Resna Natamihardja

     Ketika mulai menulis chapter gardening ini, niat pertama saya akan mengisinya dengan cerita tentang koleksi pohon buah - buahan yang saya miliki.  Sayangnya ketika beberapa bulan lalu saya mulai mengisi kembali blog ini, saya belum lama memangkas pohon buah - buahan yang ada di rumah.  Pohon jambu air yang biasanya berbuah lebat saya potong hingga tersisa satu setengah meter saja.  Jadi mungkin masih butuh waktu untuk berbuah kembali.  Demikan juga pohon rambutan, terakhir hanya disisakan dua dahan, dahan yang mengarah ke atas atap rumah tetangga saya pangkas habis.  Sedangkan tanaman lain mungkin karena tidak mendapatkan perlakuan intensif belum ada yang berbuah (kecuali kedondong bangkok mini yang tidak pernah absen berbuah).

     Ada yang unik ketika saya bermaksud memangkas bebarapa pohon buah yang dahannya menghalangi lalu lalang orang.  Merasa sayang batang hasil pemangkasan dibuang begitu saja, saya terlebih dahulu mencangkok dahan - dahan yang akan dipangkas tersebut.  Selain dalam rangka melanjutkan proses belajar tentang pembiakan tanaman dengan cara vegetatif (ciee...), keluarga memiliki sedikit tanah kosong di luar kota yang ditumbuhi gulma setinggi manusia.  Ini memang bukan cara mencangkok yang baik, karena seharusnya pada saat akan mencangkok harus dipilih dahan yang sudah pernah berbuah.  Tapi karena tujuan menanamnya hanya untuk tujuan penghijauan (dengan sedikit harapan bisa menghasilkan buah juga sih hehe...) ditambah keinginan untuk meningkatkan kemahiran mencangkok, jadi ya saya fikir nothing to loose hehe...

     Naaah, jika pada tanaman lain, saya berhasil menumbuhkan akar dari batang tanaman yang dicangkok, maka hal unik terjadi dari pohon belimbing ini, bukannya keluar akar tapi malah keluar banyak bunga di dahan yang pangkalnya dilukai ini.  Bunga - bunga ini hanya bermunculan pada satu dahan itu saja seperti nampak pada foto (mudah - mudahan terlihat jelas) yang saya tampilkan di sini.

     Karena belum tahu bagaimana merawat bunga belimbing agar bisa berbuah lebat, tak ada perlakuan khusus saya berikan pada pohon belimbing yang sedang berbunga ini.  Sebenarnya dulu sebelumnya pohon belimbing ini pernah juga berbunga banyak, sayangnya pada saat buahnya seukuran jempol tangan buahnya berguguran.  Jadi sekarang pun saya tak berharap banyak.

     Tapi alhamdulillah, meski sebagaian besar bunga dan pentil buah berguguran, tersisa empat buah yang terus bertahan hingga tua meski ukurannya sepertinya belum maksimal.  Mudah - mudahan ketidakmaksimalan ini karena merupakan buah perdana (yang sampai matang).  Karena ketika saya membeli bibitnya, penjualnya mengatakan jenisnya adalah belimbing Dewi yang katanya buahnya besar - besar.  Penjual bibit buah ini memang bukan penjual bersertifikat tapi sudah menjadi langgganan saya sejak belasan tahun silam.  Salah satu bibit pertama yang saya beli di tempat ini adalah pohon jambu air yang sering saya ceritakan.

     Panjang buahnya setelah dipetik ternyata hanya sekitar sepuluh sentimeter.  Rasanya sedikit 'rame', manis, tapi mungkin karena belum matang sempurna rasanya ada sedikit asam dan sepet yang tipis.  Tapi menurut saya ini malah membuat rasa belimbingnya lebih enak dan segar.

     Tanaman belimbing manis yang memiliki nama latin Averrhoa Carambola ini dalam beberapa publikasi akademis dikatakan memiliki kemampuan menurunkan tekanan darah, namun beberapa informasi mengatakan belimbing ini juga mengandung kadar oksalat yang tinggi hingga tidak baik (memiliki bahaya) bagi orang yang memiliki masalah dengan kondisi kesehatan ginjalnya.

     Saya memang belum berhasil mencangkok belimbing kali ini, tapi berhasil membuahkan hingga layak petik.  Mungkin salah satu cara merangsang pembuahan pada belimbing ini adalah perlukaan pada batang seperti ini.  Ternyata kita benar - benar bisa belajar sesuatu bahkan dari sebuah kegagalan sekalipun bukan?

JENIS - JENIS LALAPAN DAUN DIMAKAN MENTAH KHAS SUNDA

Oleh : Resna Natamihardja

     Sebelum membuat catatan tentang jenis - jenis lalapan, saya sempat menimbang baiknya cerita tentang lalapan ini saya tulis di Chapter Cooking atau Chapter Gardening.  Akhirnya karena pertimbangan bahwa lalapan ini tidak dimasak akhirnya saya cantumkan di chapter gardening kendati saya tidak menanam lalapan ini di halaman rumah saya.

     Jenis - jenis lalapan ini sudah jarang ditemui di pasar apalagi di supermarket.  Tapi jika berkunjung ke Ciamis ada sebuah rumah makan yang memiliki salah satu kekhasan menyajikan lalapan 'buhun' (zaman dulu) ini yakni Rumah Makan Warung Jeruk.

     Saya pun memiliki koleksi gambar jenis - jenis lalapan ini pada waktu membeli pepes untuk oleh - oleh family yang akan dikunjungi hehe...Pepesnya dijadikan oleh - oleh, lalapannya dijadikan bahan cerita.

     Saya yakin banyak anak muda yang sudah tidak mengenal atau mengetahui nama - nama lalapan ini karena memang sudah jarang tersaji sebagai menu makanan di rumah.  Semua lalapan ini biasa dimakan dengan sambal terasi.  Rasanya bermacam - macam ada yang tawar, ada yang getir, ada pula yang sepet.  Teksturnya ada yang renyah, ada yang liat.

     Dan inilah lalapan daun yang sering di konsumsi orang sunda zaman dulu :    

1.  Pohpohan
Sebenarnya saya sempat beberapa kali melihat daun ini di sebuah swalayan di kota saya.







2.  Tespong
Bentuk daunnya mirip seledri tapi tidak memiliki aroma wangi seperti seledri.  Saya masih cukup sering menjumpai lalapan ini di pasar tradisional di kota saya, yang ketika saya tanya awal keberadaannya, pedagangnnya menjawab dari Singaparna (ibukota Kabupaten Tasikmalaya sekarang).


3.  Andewi
Sayuran ini mengingatkan kita pada sawi bakso karena kemiripan bentuknya namun biasanya lebih kecil.  Yang membuat saya agak heran adalah ketika saya browsing tentang andewi yang muncul adalah tanaman chikori yang juga disebut andewi prancis.  Padahal andewi yang saya kenal sejak remaja adalah andewi yang gambarnya tampil di sini.  Keberadaannya di pasar tradisional masih bisa dijumpai.
4.  Daun Dewa
Sebenarnya saya pernah menanam tanaman daun dewa ini namun ketika saya membaca sebuah artikel yang menyebutkan bahwa daun dewa ini jika dikonsumsi dalam jumlah banyak bersifat toksik bagi tubuh maka saya buang pohonnya dari halaman.




5.  Mareme
Kalau daun yang satu ini masih cukup banyak ditanam di halaman rumah di sekitar kota kecil tempat tinggal saya.  Rasanya sedikit ' manis', mungkin itu sebabnya daun ini masih memiliki cukup banyak penggemar.




6.  Reundeu
Daun ini sudah jarang dijual baik di pasar tradisional apalagi di swalayan.







7.  Antanan Gede
Antanan yang biasa dikonsumsi untuk lalapan ada dua jenis yakni antanan gede (antanan besar) dan antanan leutik (antanan kecil).  Sebutan ini didasarkan pada ukuran daunnya, ada yang berdaun lebih besar dan yang berdaun lebih kecil.  Konon antanan (atau disebut juga pegagan ini) juga banyak khasiatnya.  Yang saya dapat kali ini adalah jenis antanan berdaun lebih besar.

     Sebenarnya masih ada beberapa jenis lalapan daun yang dimakan mentah khas sunda lainnya, tapi saya belum bisa memiliki gambarnya.  Jika gambarnya sudah tersedia, akan saya lanjutkan ceritanya.
 
    Untuk yang ingin mengetahui jenis - jenis tanaman pagar yang biasa dijadikan lalapan matang di daerah Jawa Barat bisa dilihat di  TANAMAN PAGAR YANG BISA DIJADIKAN LALAPAN MATANG

Sunday, September 11, 2016

DAUN DADAP 'KOMPRES' PENURUN DEMAM TRADISIONAL

Oleh ; Resna Natamihardja

     Ketika hendak menuliskan cerita tentang daun dadap, seperti biasa terlebih dahulu melakukan 'studi pustaka' (hehe..) mencari literatur/publikasi hasil penelitian ilmiah tentang tanaman yang akan saya ceritakan.  Meski rangkuman dari hasil - hasil penelitian tersebut hanya kan menjadi sebuah paragraf singkat mengenai hasil hasil penelitian tersebut.  Bahkan kesimpulan tersebut bukan hanya ditulis dengan sangat singkat namun juga dalam bahasa yang sangat sederhana.  Mengingat saya bukanlah pakar, akademisi atau yang memiliki kapabilitas untuk menerangkan secara rinci sebuah hasil penelitian.

     Hasil pencarian saya tidak memberikan data seperti yang saya duga.  Tak banyak hasil publikasi penelitian ilmiah tentang daun dadap yang saya dapat. Bahkan hasilnya agak mngherankan bagi saya.

     Mengapa saya sedikit terheran - heran karena saya memiliki pengalaman yang menunjukkan bahwa kebiasaan turun temurun  masyarakat di sekitar saya bukanlah hal tanpa alasan.  Satu pengalaman yang membekas di benak saya.

   Waktu itu saya masih duduk di sekolah menengah pertama dan menjelang malam saya merasa badan saya agak hangat dan batuk - batuk cukup sering.  Waktu saya mencari obat, ternyata di rumah tidak tersedia obat batuk ataupun obat penurun demam (karena seingat saya orang tua juga jarang memiliki persediaan obat di rumah, orang tua saya biasanya hanya memberikan obat setelah mengunjungi dokter dan menebus obat yang diresepkan oleh dokter).  

     Teringat pengalaman waktu kecil di kampung bersama nenek (seingat saya pohon dadap yang tumbuh di halaman rumah waktu itu juga ada kaitannya dengan nenek dan kakek saya, batang setek untuk bibitnya  berasal dari kampung nenek dan kakek saya) dan karena tidak tahan dengan gangguan batuk sekitar pukul delapan malan saya pergi ke halaman rumah mengambil beberapa lembar daun dadap lalu beranjak ke dapur mengambil sedikit kapur sirih.  Saya remas  dan balurkan sekitar area dada, leher punggung yang terjangkau tangan.  Jika bisa disebut ajaib, batuk dan demam saya reda hingga keesokan harinya saya kembali bugar dan bisa beraktivitas seperti biasa.

     Pemanfaatan daun dadap dalam keluarga kami memang terbatas hanya untuk 'kompres' penurun demam (mungkin fungsinya mirip 'kompres' demam produk industri farmasi yang biasanya ditempel di dahi, bedanya 'kompres' daun dadap (dan kapur sirih) diusapkan terutama di leher, dada dan punggung).  Meski sebagian tetangga ada juga yang memanfaatkan untuk obat batuk dengan cara meminum sari/air perasannya sejumlah beberapa sendok makan.

     Di salah satu publikasi akademis tentang daun dadap ini dikatakan bahwa daun dadap ini tak memiliki pengaruh apapun terhadap demam.  Saya memang orang awam yang tidak memiliki kewenangan ilmiah untuk mengatakan barangkali ada yang terlewat dalam penelitian tersebut.  Seperti identifikasi jenis demam yang bisa 'diselesaikan' oleh daun dadap ini atau mungkin metode pengobatan yang berbeda dengan yang biasa dilakukan orang tua jaman dulu (menurunkan demam dengan balur/oles campuran dadap dan kapur sirih), entahlah. 

     Saat ini saya memiliki daun dadap di halaman samping rumah.  Ukuran batang dan daunnya rasanya sejak ditanam (stek batang) memang lebih besar dibanding daun dadap yang pernah saya buktikan khasiatnya puluhan tahun silam (meski untuk mempraktekan hal yang sama kadang malas karena ketidakpraktisannya, padahal mungkin metode ini jauh lebih aman daripada meminum obat penurun demam).  Saya tidak tau apakah karena varietas yang berbeda atau karena bibit pohon yang ditanam sekarang berasal dari pohon yang sudah sangat tua.

     Sampai sekarang tetangga terutama yang memiliki anak atau cucu yang masih kecil masih kerap memanfaatkan daun dadap ini.  Bahkan kadang jika pada saat mengambil daun di rumah sedang tidak ada orang atau sudah larut malam, mereka akan 'lapor' jika bertemu.  Saya senang bisa berbagi (jika materi mungkin terbatas, hal semacam ini seperti tak bernilai tapi bermanfaat).  Seperti pernah saya utarakan, sejak awal saya memang selalu mempersilakan siapapun yang membutuhkan apapun yang tumbuh di halaman untuk mengambil sesuai apa yang dibutuhkan.

     Hasil pencarian saya memang tak sepenuhnya mengecewakan karena di beberapa publikasi hasil penelitian yang lain saya temukan juga hasil penelitian yang menunjukkan manfaat atau khasiat daun dadap ini meski bukan yang berkaitan dengan demam atau batuk.

     Dalam publikasi hasil penelitian ilmiah dari daun dadap ini, diantaranya bahwa ekstrak daun dadap dengan kadar tertentu terbukti berfungsi menjadi anti radang pada hewan percobaan .  Daun dan batang daun dadap juga mengandung senyawa kimia aktif biologis yang membuatnya potensial menjadi bahan dasar obat herbal anti kanker payudara dan anti malaria. 

Saturday, September 10, 2016

BROWNIES KUKUS SIMPEL TANPA EMULSIFIER DAN TANPA PENGEMBANG UNTUK PEMULA

Oleh : Resna Natamihardja

     Setelah tiga kali berupaya membuat bolu kukus mekar tanpa menggunakan bahan kimia belum juga mendapatkan hasil maksimal yang diharapkan, saya akhirnya berubah haluan dan beralih mencari resep cake kukus lain yang kira - kira bisa dibuat tanpa harus menambahkan food additive.  Pilihan saya jatuh pada jenis brownies kukus.

     Di rumah terdapat banyak resep brownies kukus, mulai dari klipingan tabloid jadoel, resep getok tular dari audara sampai buku resep khusus brownies.  Salah satu buku resep brownies yang ada di rumah berjudul 25 Resep kue Paling Diminati Brownies Kukus terbitan Gramedia karya Dapur Alma.

     Dengan berbagai pertimbangan dan perbandingan resep satu dengan lainnya.  Akhirnya saya mengadaptasi resep - resep yang ada dengan mengubah komposisi/takaran bahan dan menihilkan penggunaan emulsifier (TBM/Ovalet/SP) dan pengembang (Baking Powder/Soda).

     Alhamdulillah, saya berhasil membuat brownies kukus tanpa bahan kimia tambahan makanan seperti yang foto dan resepnya ditulis disini.  Ada yang unik dari pembuatan dan penyajian brownies ini,  setelah dingin untuk mencegah semut saya potong - potong brownies lalu dimasukkan wadah kedap udara dan dimasukkan cooler (kulkas).  Ketika dinikmati, rasanya kok sepertinya lebih enak dimakan dingin - dingin.

     Meski seperti yang selalu saya utarakan sebelumnya bahwa menihilkan sama sekali bahan kimia dalam pembuatan makanan mungkin nyaris mustahil mengingat bahan yang digunakan dalam pembuatan cake bukus ini adalah produk hasil industri yang kemungkinan sudah dibubuhi bahan kimia pada waktu produksinya, tapi setidaknya dalam pembuatan produk akhir di rumah tidak lagi ditambahkan bahan kimia (yang food grade sekalipun).

     Dan inilah resep dan cara membuat brownies kukus simpel tanpa penggunaan emulsifier dan pengembang yang saya buat :

Bahan :
5 butir telur ayam
200 gram gula pasir
Diayak hingga tercampur rata : 125 gram tepung terigu protein sedang
                                               25 gram cokelat bubuk
                                               1/2 sendok teh garam
Dipanaskan, angkat lalu aduk hingga leleh : 100 ml minyak sayur
                                                                 100 gram compound milk chocolate

Cara membuat :
1.  Kocok telur dan gula pasir dengan mixer berkecepatan tinggi hingga mengembang, putih, kaku dan berjejak.
2.  Masukkan campuran tepung terigu, cokelat bubuk dan garam, hingga rata dengan mixer kecepatan rendah.
3.  Masukkan campuran minyak sayur dan compound cake dengan spatula.
4.  Panaskan dandang pengukus (bungkus tutup dandang dengan serbet agar air tidak menetes pada bolu/brownies), siapkan loyang ukuran 18 x 18 cm dilapisi kertas roti.  Tuangkan adonan ke dalam loyang.
5.  Kukus hingga matang (dites dengan lidi bersih, jika kue tidak menempel di lidi artinya kue sudah matang).

     Untuk mempercantik penampilan bisa dihias dengan compound chocolate yang dilumerkan dengan cara ditim (tapi tidak saya lakukan hehe...)

     Sebenarnya saya pernah beberapa kali membuat brownies kukus dengan hasil akhir yang lebih moist (lembab) namun bagian bawah browniesnya selalu basah.  Naaah, kali ini browniesnya sama sekali tidak 'becek' seperti yang beberapa kali saya buat sebelumnya.  Dan cara membuatnya yang dibuat lebih praktis mudah dicoba siapa saja bahkan yang masih pemula seperti saya sekalipun. 

Thursday, September 8, 2016

HOMEMADE MIE HIJAU ALAMI DENGAN TOPPING AYAM KECAP

Oleh : Resna Natamihardja

     Exciting karena seteleh melalui serangkaian uji coba akhirnya bisa menemukan 'formula' yang pas untuk menghasilkan mie telur kenyal dan aman dengan cara yang mudah, akhirnya tergerak ingin meng up grade kualitas mie dari kategori 'aman dan sehat' menjadi lebih sehat lagi dengan memasukkan unsur sayur dalam komposisi bahannya.


     Dan untuk itu saya bermaksud membuat mie hijau dengan pewarna dari sayuran sawi hijau.  Tentu saja dengan takaran yang sudah 'pas' selama ini, saya hanya bisa memasukkan dua sendok makan cairan sayuran ke dalam bahan.  Karenanya untuk praktisnya cairan sayuran ini diambil dengan cara ditumbuk dan diperas airnya.

     Saya jadi semakin senang membuat mie sendiri setelah berhasil meng create formula dengan takaran dalam jumlah yang sedikit sehingga memudahkan dalam pembuatan adonan.  Selain itu tanpa prosedur yang ribet bisa dihasilkan mie yang kenyal tanpa tambahan bahan kimia yang food grade sekalipun.  Sesuai komitmen awal ingin menyajikan makanan yang lebih aman untuk keluarga, saya membuat mie tanpa bahan kimia tambahan makanan sehingga dalam resep dan cara membuat mie ini tidak ada pengenyal ditambahkan (baik STP, CMC atau air abu kie sekalipun). 

      Dalam pembuatannya saya menggunakan alat penggiling/pencetak mie manual yang harganya terjangkau.  Saya sudah lama membeli alat pencetak pasta ini, sudah sejak lima belas tahunan yang lalu, tapi jarang sekali dimanfaatkan karena belum punya resep mie yang 'meyakinkan' (resep yang saya temukan dulu terkesan rumit).  Hanya sekali dua kali digunakan untuk membuat adonan snack seperti pisang molen.  Alat ini tidak disarankan untuk dibersihkan dengan cara pencucian, pembersihannya cukup menggunakan kuas untuk menyapu adonan yang menempel.  Saya membersihkan alat ini selain dengan kuas juga dengan serbet kering, biasanya ditunggu hingga sisa adonan yang menempel kering terlebih dahulu untuk memudahkan penyapuan kuas.  Jangan menyimpan alat pencetak dengan sisa adonan yang masih menempel karena akan membuat bagian yang tertempel adonan menjadi berkarat.

     Sekarang alat pencetak pasta ini jadi sering dimanfaatkan karena sudah menemukan formula yang pas dengan cara pembuatan yang sederhana dan mudah.  Setidaknya seminggu sekali alat ini dipergunakan.

     Untuk membuat mie yang 'enak' sebenarnya bisa ditambahkan penyedap dan kaldu bubuk atau menambahkan minyak bekas menggoreng bawang.  Tapi saya tidak menambahkan bahan tersebut karena mie saya masih 'laris' (di rumah hehe...) meski tanpa tambahan penyedap rasa tersebut.  Anak saya bahkan bisa menikmati mie tanpa topping ayam.

     Dan kali ini saya membuat Mie Hijau dengan topping yang menggunakan bumbu berbeda dengan yang pernah diposting sebelumnya.  Dan inilah resep dan cara membuat  Mie Hijau Alami Topping Ayam Kecap yang saya buat :

Resep dan cara membuat Mie Hijau :

Bahan Mie Hijau :
150 gram tepung terigu protein tinggi
50 gram tepung tapioka
2 butir telur ayam
2 sendok makan minyak
2 sendok makan air perasan sawi hijau
1/4 sendok teh garam
Untuk taburan : Tepung terigu protein tinggi

Cara membuat Mie Hijau :
1.  Campurkan semua bahan, aduk hingga kalis.  Diamkan 1 jam, bagi menjadi delapan bagian.
2.  Tipiskan mie menggunakan knob nomor 2, taburi hasil adonan yang telah ditipiskan dengan tepung terigu.
3.  Cetak mie dan taburi kembali dengan tepung terigu protein tinggi.
4.  Jika akan dihidangkan, rebus terlebih dahulu selama kurang lebih 3 menit hingga matang.

Resep dan cara membuat Topping Ayam Kecap :

Bahan :
200 gram fillet ayam, cincang kasar
1 lembar daun salam
1 batang serai
4 sendok makan kecap
2 sendok makan minyak sayur
1 sendok makan minyak wijen
garam (saya gunakan kurang lebih 1/2 sendok teh)
Bumbu halus : 4 butir bawang merah
                      2 siung bawang putih
                      1 ruas jari kunyit tua
                      1 ruas jari jahe
                      1/2 sendok teh merica

Cara membuat Topping Ayam Kecap :
1.  Panaskan minyak, tumis bumbu halus dengan api kecil.
2.  Masukkan ayam, tuang kurang lebih secangkir air.  Masukkan bumbu - bumbu yang lain.
3.  Biarkan hingga air berkurang dan ayam matang.  Angkat.
4.  Bubuhkan di atas mie yang telah direbus saat akan disajikan.

     Warna mienya hanya semburat hijau tipis.  Mungkin karena warna hijau sawinya kurang pekat.  Yah, berarti lain kali jika membuat mie hijau lagi saya harus memilih sawi dengan warna hijau yang tegas.

HANDEULEUM : JENIS TANAMAN DENGAN DAUN UNGU YANG BERKHASIAT

Oleh : Resna Natamihardja

     Tanaman ini bukanlah tanaman yang berkategori tanaman pangan, tapi pemanfaatannya dalam pengobatan tradisional dikenal sangat luas di masyarakat, terutama tentang khasiatnya dalam mengatasi wasir atau ambeien.

     Di halaman rumah pun tumbuh pohon ini yang saya sendiri lupa asal - usulnya dari mana.  Tak pernah sampai besar dan berdaun lebat karena banyak yang 'menggemari' daun handeuleum ini, bukan hanya tetangga yang memerlukannya untuk mengatasi wasir atau ambeien namun juga ulat bulu yang bentuknya besar - besar, hitam dan panjang.  Tapi, alhamdulillah meski tak pernah tumbuh maksimal dengan daun lebat namun tetap mampu bertahan hidup selama bertahun - tahun lamanya.

     Meski kerap diserang ulat terutama di musim kemarau, tumbuhan ini cukup tangguh hingga tanpa memerlukan penanganan khusus tetap bisa bertahan hidup hingga sekarang.  Rasanya dari sejak ditanam hingga kini belum pernah tanaman ini diberi pupuk bahkan pupuk organik dari kotoran hewan atau dari sisa tumbuhan dan sampah dapur hasil pengomposan di rumah sekalipun.

     Ada cerita unik tentang daun handeuleum ini.  Sebelum menanam tanaman handeuleum 'asli' ini saya sempat menanam sejenis tanaman hias dengan daun berbentuk oval yang sangat mirip dengan daun handeuleum.  Tanaman hias berdaun ungu ini dengan mudahnya tumbuh subur di halaman dan keberadaannya sangat menyegarkan mata.  Kehadirannya mengundang minat tetangga untuk memanfaatkannya sebagai obat (karena dikira handeuleum).  Karena sama - sama tidak tahu, saya tidak mencegah tetangga mengambil daun tersebut.  Sehari sesudah dipetik, tetangga menjemur daun handeuleum 'gadungan' tersebut (untungnya tidak dimanfaatkan langsung pada hari yang sama), saya tiba - tiba ditunjuki seseorang tanaman daun handeuleum yang asli.  Maka langsung saya hubungi tetangga tersebut dan memberitahunya bahwa daun yang berwarna ungu yang sedang dijemur tersebut bukanlah daun handeuleum.  Alhamdulillah, kami masih terlindungi dari hal yang mungkin bisa membahayakan kesehatan.

     Demi mencegah kekeliruan di lain hari saya langsung eliminir tanaman hias mirip daun handeuleum palsu tersebut, saya buang hingga ke akar - akarnya.

    Baru di kemudian hari saya dapatkan bibit handeuleum yang asli, yang sampai saya menulis ini saya berusaha mengingat - ingat masih belum jelas bagaimana saya bisa mendapatkan bibit (stek batang) tersebut (aneh hehe...).

     Tapi tak masalah dapat darimana, yang penting sekarang yang ada di halaman benar - benar daun handeuleum yang asli.  Saya selalu mengatakan "silakan" pada siapapun yang membutuhkan apapun yang ada di halaman rumah (meski jika yang diambil adalah buah - buahan yang masih sangat muda (pentil orang Sunda bilang) kadang suka menyayangkan juga, karena biasanya yang mengambil adalah anak - anak yang akhirnya jadi mubazir).  Alhamdulillah, daun handeuleum ini termasuk yang memiliki banyak peminat khusus.

     Naaah, lalu apa sajakah sebenarnya manfaat atau khasiat tanaman berdaun ungu yang juga disebut daun wungu yang memiliki nama latin Graptophylum pictum hingga banyak orang membutuhkannnya?

      Daun Wungu berdasarkan pengalaman turun temurun dalam pengobatan tradisional di masyarakat digunakan untuk mengatasi ambeien, melancarkan haid, diuretik (melancarkan buang air kecil), mengobati reumatik/encok dan mengobati bisul.

     Sedangkan menurut beberapa publikasi hasil penelitian ilmiah ternyata daun wungu/handeuleum yang telah melalui proses ekstraksi tertentu memiliki pengaruh terhadap proses penyembuhan luka pada hewan percobaan.  Selain itu hasil ekstraksi daun wungu ini terbukti memiliki kemampuan analgesik (penghilang rasa sakit) dan anti jamur.

     Dengan segala manfaat dan khasiatnya tanaman ini layak dijadikan salah satu koleksi tanaman di halaman rumah.

Friday, September 2, 2016

DAUN CINCAU HIJAU JENIS POHON PERDU YANG KAYA SENYAWA BERKHASIAT

Oleh : Resna Natamihardja

     Kali ini saya ingin menampilkan salah satu tanaman pangan fungsional yang tumbuh di halaman rumah, yakni cincau hijau berbentuk pohon.  Sebagaimana diketahui pohon penghasil jel berwarna hijau yang dikenal sebagai cincau hijau ini ada dua jenis yakni yang merambat dan yang berbentuk pohon.  Yang tumbuh di halaman rumah  adalah yang berbentuk pohon.

     Tanaman ini sudah lama menjadi penghuni halaman depan rumah meski keberadaannya sedikit tersembunyi.  Saya mendapatkan bibitnya berupa batang yang telah memiliki akar gantung dari tetangga yang kebetulan sedang melakukan  prunning (pemangkasan).  Bibit ini ditanam dalam tanah langsung tanpa perlakukan khusus dan tumbuh tanpa perawatan khusus.

     Sekarang jika batangnya sudah menjulang saya juga melakukan prunning,  Karena kebetulan ditanam mepet ke dinding biasanya  biasanya akar gantungnya juga menempel ke dinding.  Batang hasil prunning biasanya dibuang sedangkan daunnya diberikan secara gratis ke tukang cincau yang biasa lewat di depan rumah.  Untuk yang belum mengetahui jenis cincau yang sedang saya ceritakan di sini, saya tampilkan foto yang menunjukkan pohon cincau yang tumbuh di halaman rumah.




     Es cincau adalah jajanan berupa minuman yang terdiri dari jelly cincau hijau ditambah es serut dan air gula.  Air gulanya bisa berbahan gula aren atau gula pasir yang diberi pewarna merah.  Jajanan ini tidak pernah surut popularitasnya dan tetap memiliki banyak penggemar.

      Dulu semasa kanak - kanak saya punya memori tentang tukang cincau yang biasa lewat di depan rumah Suatu ketika saya diajak Bapak melihat panen padi di sawah nenek yang berjarak kurang lebih lima kilometer dari rumah.  Siang hari menjelang dzuhur lewat tukang cincau di dekat sawah yang dipanen, lalu Bapak memanggil tukang cincau tersebut dan mengajak semua orang yang sedang panen untuk menikmati es cincau segar.  Yang membuat kenangan tersebut membekas dalam ingatan adalah karena rasa 'surprise' ketika mengetahui bahwa tukang cincau tersebut adalah tukang cincau yang sama dengan yang biasa lewat di depan rumah.  Dalam benak saya waktu itu, wow, jauhnya perjalanan   mamang tukang cincau ini setiap harinya untuk menjajakan cincau.

     Tukang cincau zaman dulu biasa membawa jualannya dengan cara dipikul.  Cincau dan es serutnya di simpan dalam wadah berbentuk mirip ember berbahan logam (saya tak tahu pasti jenis logamnya) dan wadah ini dimasukkan dalam lubang yang sengaja dibuat dalam pikulan kayu yang dibuat artistik dengan cat variasi gradasi warna hijau,  bagian yang berada di depannya berisi es serut yang telah ditambahi santan dan bagian belakangnya membawa jeli cincau hijau.  Tukang cincau zaman sekarang biasanya menggunakan roda yang didorong dan yang kadang membuat agak ragu membeli cincau sekarang adalah sebagian pedagang cincau menggunakan plastik putih ember bekas cat atau bahan makanan.

     Saya jarang memanfaatkan tanaman cincau yang ada di depan rumah.  Bahkan belum pernah memanfaatkannya untuk sajian minuman di rumah karena belum pernah berhasil membuatnya layak saji.  Tapi sebagai penangkal panas dalam saya kadang membuatnya menjadi jeli meski tidak bisa menyaringnya dengan sempurna karena cincaunya keburu mengental hingga sukar disaring.  Jadi saya minum sekalian dengan serpihan daun yang tak sempat dipisahkan.

     Inovasi dalam penyajian minuman cincau sebagai barang dagangan banyak dilakukan, misalnya dengan membubuhkan ice cream dan susu kental cokelat sebagai pengganti es serut dan santan dalam jajanan cincau konvensional.

     Sebagai tanaman pangan fungsional, cincau hijau ini juga memiliki manfaat atau khasiat untuk kesehatan manusia.  Tanaman yang memiliki nama latin Premna Oblongata ini selain menurut pengalaman turun temurun memiliki manfaat bagi tubuh manusia dalam pengobatan tradisional juga telah diteliti khasiatnya melalui proses ilmiah.

     Dalam penggunaannya secara tradisional cincau dikenal sebagai penurun panas (demam), mengobati mual, radang lambung, batuk dan penurun darah tinggi.

     Sedangkan menurut publikasi hasil penelitian ilmiah yang saya baca cincau mengandung berbagai senyawa bio aktif yang potensial berfungsi sebagai anti oksidan, anti mutagenik, anti hipertensi dan anti diabetes.  Selain itu cincau hijau juga memiliki kandungan serat yang cukup tinggi yang baik untuk pencernaan.  Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa daun cincau Premna Oblongata ini memiliki kandungan klorofil lebih tinggi di banding pegagan dan daun katuk.

     Dengan banyajnya kandungan senyawa yang berpotensi memberikan khasiat bagi kesehatan manusia cincau dapat digunakan sebagai Food Based Therapy (terapi berbasis pangan) yang bisa menjadi salah satu alternatif dalam meredakan gejala bahkan menyembuhkan penyakit.

    Untuk saya, itu berarti saya harus berusaha menghasilkan cincau layak saji di rumah  sehingga bisa menyajikan cincau di rumah tak hanya sebagai obat tapi juga sebagai minuman yang hiegenis, bebas bahan kimia berbahaya dan rasanya enak hingga disukai seluruh anggota keluarga.
 

IKAN GABUS BUMBU KUAH KARE KUNING

Oleh : Resna Natamihardja

     Ikan gabus, inilah bahan makanan 'buruan' saya di Pasar Banjarsari - Ciamis.  Pengalaman yang lalu, saya bisa mendapatkan ikan gabus dengan ukuran lebih dari satu kilo per ekor.  Tapi kali ini stelah beberapa sudut didatangi, tak seekor ikan gabus besar pun saya dapati.  Saya hanya menemukan seorang pedagang yang menjual beberapa ekor ikan gabus dalam ember plastik putih bekas cat.  Ukuran ikan gabusnya pun kecil - kecil.  Saya memilih dua yang besar diantara yang tersedia.   Ternyata dua ekor yang saya pilih berat totalnya hanya setengah kilogram.  Harganya enam puluh ribu untuk satu kilo.

     Ikan gabus di pasar ini biasa disebut ikan deleg.  Berasal dari rawa - rawa di daerah Banjarsari dan sekitarnya (area yang sekarang termasuk wilayah Kabupaten Pangandaran).

     Karena bukan ikan hasil budidaya, supply ikan ini ke pasar tidak konsisten.  Jika musim kemarau tiba supply nya banyak sedangkan di musim penghujan supply ikan gabus menjadi sedikit.

     Awalnya saya hanya berencana menyajikan ikan gabus goreng sebagai lauk.  Namun entah mengapa ketika disajikan ikan gabus goreng tersebut terasa agak alot.  Entah mungkin karena asisten rumah tangga salah teknis sewaktu menggorengnya atau mungkin ikannya sudah tua atau bahkan karena ukurannya kecil sehingga daging ikannya tipis.

     Hari berikutnya ikan goreng tersebut masih teronggok di meja.  Padahal biasanya dengan tekstur garing dan renyah, tidak benyek seperti ikan hasil budidaya yang 'dipaksa' tumbuh besar dalam waktu singkat, ikan gabus goreng menjadi lauk pilihan pertama jika terhidang di meja makan.  Rasa ikan gabus gorengnya lebih mirip rasa ikan asap yang belum disayur.

     Akhirnya saya kembali mebuka buku 'mantra' agar bisa menyulap ikan gabus goreng menjadi makanan layak santap.  Buku karya Ibu Lusiana Wijaya dan S. Rina Tofani terbitan Apollo - Surabaya yang berjudul 1001 masakan lengkap kembali menjadi sumber informasi saya.  Saya memilih bumbu Kare untuk 'menyelamatkan' ikan gabus dari kemubaziran (hehe).  Tentu saja karena jumlah bahan yang akan dibuat lebih sedikit daripada resep yang ditulis di buku tersebut saya mengandaptasikan jumlah dari bahan yang dipergunakan.

     Dan inilah resep dan cara membuat Kare Ikan Gabus yang saya buat :

                                                                                      Bahan :
500 gram Ikan Gabus  (2 ekor, masing - masing dipotong 2) bumbui jahe dan bawang putih, diamkan 2 jam, goreng kering
1 gelas santan (dari 1/4 butir kelapa)
1 lembar daun salam
1 lembar daun jeruk
1 batang serai
1 butir asam jawa
garam (saya pakai 1/2 sendok teh peres)
gula (saya pakai 2 sendok teh peres)

Bumbu halus : 2 butir bawang merah
                       2 siung bawang putih
                       1 buah cabai merah
                       2 butir kemiri
                       1 ruas jari kunyit tua
                       1/4 sendok teh ketumbar
                        seujung sendok teh jinten
                       1/4 sendok teh merica

Cara membuat ikan gabus bumbu kuah kare kuning :
1.  Panskan minyak, tumis bumbu halus dengan api kecil hingga harum dan matang.
2.  Masukkan santan hingga mendidih, masukkan garam, gula dan bumbu aromatik lainnya.  Cicipi rasanya, sempurnakan jika dirasa masih kurang pas.
3.  Masukkan ikan gabus, teruskan memasak hingga santan berkurang dan bumbu meresap.

     Setelah dibuat kare ikan gabusnya akhirnya habis.  Saya rasa jika ikan gabusnya dari awal dibuat kare (tanpa melalui proses penggorengan terlebih dahulu) pasti kandungan gizinya akan lebih terjaga dan rasanya lebih enak.  Tapi ya sudahlah next time mungkin bisa dicoba lagi membeli ikan gabus untuk langsung dibuat kare dan seperetinya memang harus dicari ukuran yang besar agar daging ikannnya lebih banyak.