Wednesday, June 29, 2016

KEDONDONG BANGKOK MINI : MUDAH DIRAWAT BERBUAH SETIAP SAAT

Oleh  :  Resna Natamihardja

     Bagi yang sedang mempertimbangkan berkebun di halaman sempit, tanaman kedondong mini (atau ada juga yang menyebutnya kedondong bangkok) bisa menjadi salah satu pilihan.  Kendati buahnya terasa kecut/masam sehingga jarang dimanfaatkan tapi buahnya yang tak pernah absen menghiasai setiap ujung dahan membuatnya indah dipandang mata.  Saya lebih suka menyebut tanaman tropis ini sebagai tanaman hias buah.

     Pohon ini termasuk tanaman buah yang mudah dipelihara karena tidak memerlukan perawatan intensif.  Saya hanya menebar NPK setiap enam bulan sekali (itupun kadang lupa) tapi daunnya senantiasa rimbun dan buahnya selalu lebat.
    
     Sesuai sebutannya ukuran buah kedondong ini lebih kecil dari buah sejenisnya.  Pohonnya tidak mudah bertambah tinggi, mungkin karena setiap dahan dibebani rangkaian buah.  Setiap dahannya cenderung merunduk ke bawah.


     Saya menanam pohon ini langsung di tanah, di halaman depan rumah sisi samping kanan.  Karena area ini merupakan jalan masuk rumah melalui pintu belakang, beberapa dahannya sekarang merintangi langkah orang yang akan masuk rumah.  Biasanya jika sudah seperti ini saya akan melakukan pruning (pemangkasan) dan dahan hasil pangkasannya dibuang begitu saja.  Daripada mubazir, sebelum dipotong, kali ini terlebih dahulu dahannya dicangkok.  Ternyata kedondong mini ini termasuk tanaman yang sangat mudah dicangkok.  Dalam dua minggu, akarnya sudah mulai terlihat menjulur di plastik transparan pembungkus media cangkok.  Rencananya jika tidak ada orang lain yang membutuhkan untuk bibit akan saya tanam di pot menjadi tabulampot (TAnam BUah daLAM POT).

     Tanaman ini juga bukan tanaman yang 'rewel'.  Selain mudah berbuah tanpa memerlukan perlakuan khusus.  Selama 'menghuni' halaman, pohon ini jarang terkena hama.  Yang saya ingat, tanaman ini pernah terkena serangan kutu putih pada musim kemarau tahun lalu.  Namun setelah disemprot detergen dan turun hujan dengan tibanya musim penghujan, hama tersebut hilang.  Beberapa pohon juga pernah kehabisan daun karena dimakan ulat atau belalang, tapi pohon ini tidak menjadi 'pilihan' makanan kedua jenis binatang tersebut.  Karena cara budidaya yang mudah, saya merekomendasikan tanaman ini untuk yang ingin berkebun di lahan sempit dan tidak memiliki banyak waktu untuk mengurusnya.

     Bagian tanaman buah ini selain buahnya yang bisa dipergunakan untuk bahan rujak dan dibuat manisan,  seorang sepupu mengatakan pucuk tanaman kedondong ini juga bisa digunakan sebagai bumbu dapur.  Fungsinya sebagai penghasil rasa asam, sehingga bisa digunakan untuk menggantikan fungsi asam jawa dalam sayur asam (atau sayur lainnya).  Saya sendiri sampai saat ini belum sempat memanggunakannya, tapi karena rasa ingin tahu pernah mencoba memetik dan mengecapnya.  Benar rasa pucuk daun kedondong rasanya sangat asam.  Dan penggunaannya mengkin lebih baik dari asam jawa karena tidak membuat keruh kuah sayur dan menghasilkan wangi yang khas.

     Kedondong mini ini karena pohonnya yang pendek buahnya sering menjadi sasaran petik anak saya.  Biasanya dipergunakan untuk bermain masak - masakan.  Karena memang saya sendiri jarang memanfaatkan buahnya biasanya hal ini dibiarkan dan dia bisa mengambilnya setiap saat sesukanya.

Tuesday, June 28, 2016

GARDENING : HAPPINES IS SIMPLE, HAPPINESS CAN BE CREATED

Oleh  :  Resna Natamihardja

     Selain dapur tempat yang menyenangkan untuk beraktivitas di rumah lainnya adalah halaman rumah.  Mengisi halaman dengan berbagai jenis pohon adalah kegiatan yang mengasyikkan.  Jenis tanaman yang saya sukai adalah tanaman yang berbuah.  Sesuai ungkapan happiness is simple, melihat tanaman yang kita rawat berdaun rimbun dan berbuah lebat adalah salah satu hal yang bisa menimbulkan perasaan bahagia.

     Hal yang menjadi tantangan pertama dalam merawat tanaman buah tentulah bagaimana membuatnya berbuah.  Dan pengalaman 'berhasil' menjadikan tanaman yang kita rawat berbuah akan menghadirkan perasaan positif.

     Selain itu, tanaman yang rimbun dengan dahan dan daun yang menaungi sekitarnya akan membuat udara di sekitarnya menjadi lebih sejuk.  Di siang hari yang terik, terasa sekali perbedaan suhu ketika berjalan kaki di area yang sama sekali ada pohon hingga melewati area yang banyak pohon, kerimbunan daun membuat udara di bawahnya menjadi lebih dingin.  Perasaan bisa memberikan dan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain juga memperkaya bathin kita.  Suasana yang teduh dan udara yang sejuk membuat sejumlah pedagang keliling kerap menjadikan depan rumah tempat mengaso dan berteduh sejenak.  Sayang saya sekarang belum bisa menunjukkan halaman rumah yang biasanya rimbun, karena beberapa pohon sedang mengalami pemangkasan (pruning) dan peremajaan karena saya menginginkan ketinggian pohon tak melebihi ketinggian rumah.

    Saat musim berbuah, jika buah yang dihasilkan berlebih, kita bisa berbagi ke tetangga.  Meskipun mereka bisa membeli sendiri tapi memberikan buah berkualitas baik dari rumah sendiri setelah selama beberapa waktu sama - sama memperhatikan proses berbuahnya bisa menghadirkan perasaan senang (kebetulan saya memiliki jenis rambutan dan jambu air yang buahnya unggul dengan rasa buah yang sangat manis, tekstur buah yang renyah dan kering, insyaalloh saya akan menceritakannya pada bagian terpisah) .

     Berkebun juga bisa menjadi aktivitas bersama anak.  Terutama pada waktu panen buah, bahkan untuk tanaman yang buahnya jarang dimanfaatkan seperti kedondong mini saya biarkan putri saya memetiknya kapan saja, biasanya dia memanfaatkan untuk bermain masak - masakan.

      Ada hal lain, halaman rumah sengaja tidak ditutupi tembok atau paving block.  Berkali - kali suami menawarkan pemasangan paving block dengan alasan kepraktisan dan keindahan, selalu saya tolak.  Saya fikir biarlah orang lain melakukannya tapi setidaknya saya tidak.  Saya suka aroma tanah yang tersiram air saat hujan tiba.  Selain itu tanah yang tidak tertutup tentulah akan mampu menyerap jatuhan air lebih banyak dan lebih cepat daripada tanah yang tertutup rapat dan permanen meski disiasati dengan biopori sekalipun.  Sekecil apapun saya ingin melakukan hal yang bermanfaat bagi alam sekitar.  Selain itu tanah yang terbuka juga membuat saya lebih leluasa menentukan pengisian halaman.  

     Bermacam perasaan positif yang dihasilkan dari berbagai hal yang dialami karena tanaman yang kita tanam menunjukkan bahagia itu bisa diciptakan, bisa diusahakan.  Hapiness can be created.  Happy gardening....

Sunday, June 26, 2016

POUND CAKE WITH MILK : MEMBUAT CAKE TANPA EMULSIFIER DAN STABILIZER

Oleh  :  Resna Natamihardja

     Dulu sewaktu belum menjadi seorang ibu,  tak pernah percaya diri rasanya jika membuat cake tanpa tambahan bahan kimia (food additive) seperti emulsifier (TBM, Ovalet, SP) dan stabilizer (Baking Powder, Baking Soda) karena khawatir cake yang dihasilkan bantat.

     Saya menunda memberikan cake pada anak hingga usianya lewat 2 tahun.  Hingga terfikir mencoba membuat cake sendiri dengan menihilkan emulsifier dan stabilizer yang biasanya ditambahkan dalam resep.  Pilihan pertama jatuh pada jenis pound cake.  Cakenya biasanya lebih padat, lembab namun lembut.

     Resep cake yang biasa saya pergunakan adalah resep yang didapat dari ibu - ibu tetangga yang menyebar secara getok tular.  Komposisi resepnya mudah diingat karena semua takarannya 250 gram (margarin/mentega, gula halus dan tepung terigunya) sedangkan telurnya 5 butir jika yang dipergunakan adalah telur bebek dan 6 jika telur ayam.  Resep dan cara membuatnya tidak ribet, sederhana simpel dan mudah untuk pemula seperti saya sekalipun.

    Dan bismillahirohmanirrohim.......dengan alasan kepraktisan, saya mencoba membuat resep cake marmer tanpa bahan pengembang dengan komposisi bahan seperti ini :

200 gram Margarin (saya menggunakan satu sachet margarin untuk cake dan cookies)
250 gram Gula Halus
250 gram Tepung Terigu (saya menggunakan berkadar protein sedang)
2 sachet Susu Kental Manis
6 butir Telur Ayam ukuran sedang
2 sendok makan Cokelat Bubuk, cairkan dengan sedikit air.



Adapun cara membuat marble cake tanpa bahan kimia ini adalah sebagai berikut :
1. Panaskan oven dan olesi loyang tulban yang akan dipergunakan (diameter 22 cm) dengan margarin dan taburi terigu.
2.  Kocok margarin, susu kental manis dan gula halus menggunakan mixer sampai putih.
3.  Masukkan telur satu persatu, kocok menggunakan mixer hingga menyatu.
4.  Masukkan tepung terigu, aduk lagi menggunakan mixer hingga tercampur
5.  Pisahkan kurang lebih seperdelapan bagian adonan, campur dengan cokelat.
6.  Tuang adonan ke dalam loyang, adonan putih di bawah dan cokelat di atasnya, buat motif marmer menggunakan garpu.
7.  Panggang kurang lebih 20 menit dengan api besar kemudian dengan api sedang kurang lebih 25 menit (saya menggunakan oven tangkring)
8.  Setelah 45 menit, cek kematangan adonan dengan lidi/tusuk sate, jika sudah tidak ada adonan yang menempel di lidi maka cake sudah matang (cake matang biasanya juga ditandai dengan ciri bagian pinggir cake sudah tidak menempel ke dinding loyang).

     Hasil resep cake tanpa bahan pengembang kimia yang saya dapat ternyata sama saja dengan dengan cake yang ditambahakan emulsifier dan stabilizer yang biasa saya buat sebelumnya.  Cake sama sekali tidak bantat.

     Meski seperti dalam catatan saya sebelumnya bahwa menihilkan sama sekali bahan kimia dalam pembuatan cake mungkin nyaris mustahil, mengingat bahan pembuatan cake adalah produk industri yang kemungkinan besar sudah mengandung pengawet dan sebagainya.  Tapi setidaknya dalam pengolahan produk akhir yang dilakukan di rumah tidak lagi dibubuhkan bahan tambahan kimiawi lain yang ternyata tidak diperlukan.

Saturday, June 25, 2016

MEMBUAT MIE TELUR KENYAL : HOMEMADE EGG NOODLES

Oleh  :  Resna Natamihardja


     My beloved daughter loves noodles.  Itu alasan yang membuat saya 'bergerak' ingin membuat mie sendiri.  Dan inilah cerita cooking experience sewaktu membuat mie.

     Sesuai semangat mencari resep mie tanpa food additive dengan harapan menghasilkan mie telur yang lebih alami dan sehat, ketika searching ternyata banyak ditemukan resep mie telur yang menambahkan jenis pengenyal kimiawi dalam komposisi resepnya, meskipun pengenyal itu dikatakan food grade.  Mulanya saya menemukan resep mie telur tanpa food additive yang hanya berbahan tepung terigu, tepung tapioka dan telur.  Ketika dicoba, ternyata saya tak berhasil menggumpalkan adonan seperti yang diharapkan.  Berfikir mungkin tidak menggumpal karena ukuran telur yang kurang besar, saya tambahkan satu butir telur lagi.  Tapi ternyata masih juga belum menggumpal.  Mungkin saya kurang teliti membaca resepnya.

     Akhirnya saya mencari resep alternatif untuk 'menyelamatkan' bahan, kali ini saya memilih resep mie telur tanpa tambahan pengenyal kimia di www.resepnasional.com.  Karena bahan dasar yang dimiliki adalah adonan yang sudah setengah jadi, dengan jumlah telur yang dan tepung tapioka yang lebih banyak, daripada jadi adonan mubazir (saya fikir nilai gizinya jadi bertambah dengan telur yang lebih banyak hehe..), dilanjutkanlah proses pembuatan mienya dengan modifikasi pada resep.  Alhamdulillah,  anak saya suka dengan mie yang dihasilkan, dia bahkan bisa menyantapnya tanpa tambahan apapun.  Karena penyesuaian itu, komposisi bahan jadi sedikit berbeda dengan resep aslinya.  Ini komposisi bahan resep mie telur yang saya gunakan :

250 gram tepung terigu protein tinggi      
50 gram tapioka
3 butir telur
3 sdm minyak sayur
60 ml air putih (gunakan seperlunya saja)
2 sendok teh garam



     Demikian pula karena proses awalnya menggunakan resep pilihan sebelumnya dan adanya penggunaan alat pencetak mie manual dalam prosesnya, cara membuatnya pun menjadi sedikit berbeda dengan resep aslinya.  Ini susunan proses/cara membuat mie telur nya:

1.  Campurkan tepung terigu protein tinggi, tepung tapioka dan garam.

2.   Masukkan telur satu persatu, aduk hingga rata.

3.   Masukkan minyak sayur dan air, uleni hingga kalis.  Diamkan 1 jam




4.   Bagi adonan menjadi 16 bagian.

5.  Siapkan alat pencetak mie manual,  tipiskan adonan mie dengan posisi knob nomor 2

6.   Taburi dengan tepung terigu cukup banyak.  Masukkan dalam pencetak mie. 

7.  Untuk merebusnya gunakan air yang telah dicampur dengan minyak.  Setelah direbus, adonan siap digunakan untuk berbagai masakan mie.

      Ternyata resep dan cara membuat mie telur ini sederhana, simpel dan mudah.  Tidak ribet seperti yang saya bayangkan semula.

     Catatan lain untuk pembuatan noodles ini :

-  Adonan didiamkan selama 1 jam, awalnya karena pada saat pencetakan, mie keluar dari cetakan dalam keadaan berdempet (tak terpisah).  Semula terfikir karena adonan yang terlalu lembek.  Akhirnya saya 'tinggalkan' adonan selama 1 jam, tapi ternyata setelah 1 jam hasilnya tidak berubah.   Teringat mie di abang mie ayam yang selalu penuh dengan tepung, setelah ditipiskan, jumlah taburan tepungnya ditambah, sebelum dicetak.  Akhirnya mie terurai sempurna.
-  Karena resep mie ini tanpa tambahan bahan kimia/pengawet, saya mencoba simpan mie mentah selama 2 hari di cooler (bukan freezer) dalam wadah plastik kedap udara,  ternyata kondisi mie masih bagus ketika diolah,  catatannya sebelum disimpan mienya ditaburi tepung lagi agar tidak saling lengket kembali selama penyimpanan.
-  Sedangkan mie masak yang sudah direbus masih bagus setelah disimpan selama 3 hari dalam freezer.

     O, iya saya melibatkan koki kecil saya dalam proses cetak mie.  Dia senang sekali ketika memutar cetakan mie.  Bahkan ketika saya tanya apakah terasa berat ketika memutar cetakan, dia dengan penuh semangat menjawab tidak.

     Dan bagi yang ingin membuat mie dengan tekstur lebih kenyal tanpa tambahan food additive (pengenyal kimia seperti air ki atau cmc) lengkap dengan topping ayam silakan baca HOMEMADE 'BAKMI DENGAN DAGING ASLI'

Friday, June 24, 2016

COOKING FROM THE HEART

Oleh :  Resna Natamihardja

      Setelah sekian lama blog ini 'terabaikan' tiba tiba terbersit keinginan mengisinya kembali, sekedar berbagi pemikiran dan pengalaman selama ini.  Jika dulu saya memulai blog ini dengan status masih 'baru' seorang istri, sekarang saya juga sudah menyandang status sebagai seorang ibu.

     Sebelum melanjutkan tulisan tentang 'cooking experience' saya ingin mencatat beberapa hal. Berawal dari semangat menyajikan makanan 'aman' untuk anak, saya bertekad 'bisa' membuat apapun yang disukai anak.  Hal yang paling saya upayakan adalah resep tanpa tambahan food additive seperti pengawet, pengembang, pengenyal dan penyedap kimiawi.

    Saya ingin meminimalisasi penggunaan bahan-bahan tersebut.  Disadari bahwa hampir tidak mungkin membuat makanan seratus persen alami mengingat bahan yang dipergunakan dalam proses pembuatannya adalah produk hasil industri.  Tapi setidaknya dalam proses pembuatan produk akhir hingga menjadi makanan siap disantap di rumah tidak lagi ditambahkan bahan tambahan tersebut.

     Memasak sendiri merupakan salah satu upaya mengurangi kekhawatiran tentang kualitas jajanan yang dikonsumsi.  Jujur saja, apa yang disampaikan media tentang pembuat makanan yang tidak bertanggung jawab dengan 'kemanan' makanan yang dibuatnya, seperti penambahan bahan bahan yang bukan untuk makanan menimbulkan rasa was was jika membiarkan anak mengkonsumsi jajanan sembarangan.  Meski sedihnya ketika menyadari tak setiap saat bisa menyajikan makanan buatan sendiri untuk anak saya.  Saya hanya bisa menghibur diri dengan ungkapan, "saya hanya berikhtiar..."

     Saya bersyukur dalam proses awal pengenalan makanan padat untuk anak saya sejak usia 6 bulan saya selalu menyajikan makanan homemade yang plain (tanpa rasa) hingga usia 13 bulan.  Mungkin itu yang menyebabkan di  usia nya menjelang 5 tahun sekarang dia masih relatif mudah menerima makanan buatan ibunya di rumah.

     Bahkan jika dia dilibatkan dalam proses memasak dia terlihat antusias dan gembira.  Dia ingin selalu mencicipi.  Hal yang paling membuat bahagia adalah ketika saya memintya penilaian atas makanan yang kami bersama buat, dia menjawab dengan senyum manisnya, "enak dong kalo Mama yang bikin....".  Terima kasih ya sayang............

     Mudah - mudahan yang saya catat disini bisa bermanfaat bagi orang lain.   Happy cooking !!!